SriSundari – Sebanyak 24 unit jembatan gantung di Kabupaten Lebong, Bengkulu rusak berat dan ringan. Jembatan gantung yang selama ini berfungsi sebagai penghubung aktivitas para petani ini, saat ini dalam kondisi rusak parah dan sangat memprihatinkan usai diterjang banjir.
Diketahui, pada hari Selasa (16/4/2024) lalu, akibat intensitas hujan yang cukup tinggi, akhirnya membuat debit air Sungai Ketahun meluap. Sehingga mengakibatkan banjir bandang yang menerjang 7 Kecamatan di wilayah Kabupaten Lebong, sekitar pukul 06.30 WIB.
Arus air besar langsung meluap ke area pemukiman warga, menggenangi jalan dan area pertanian warga setempat. Bahkan, sebanyak 24 unit jembatan gantung mengalami rusak berat dan ringan. Yaitu, sebanyak 7 unit yang tersebar di wilayah Kecamatan Topos yang terdiri dari 2 unit rusak berat di Desa Tik Sirong, 2 unit rusak berat di Talang Donok, 1 unit rusak berat di Desa Ajai Siang, 1 unit rusak berat di Kelurahan Topos, dan 1 Unit rusak ringan di Talang Baru II.
Lalu 3 unit jembatan gantung yang rusak lainnya berada di Kecamatan Rimbo Pengadang. Dua unit berada di Desa Teluk Dien dan 1 unit di Desa Talang Ratau. Selain itu, juga di Kecamatan Lebong Selatan sebanyak 3 unit, dengan rincian 1 unit rusak berat berada di Desa Kutai Donok dan 2 unit rusak berat dan ringan yang berada di Desa Suka Sari.
Begitu juga dengan jembatan yang berada di Kecamatan Bingin Kuning, turut mengalami kerusakan yaitu ada 4 unit, masing-masing 1 unit jembatan rusak berat berada di Desa Pungguk Pedaro, Desa Pelabuhan Talang Liak, Desa Talang Liak I dan Desa Talang Liak II. Lalu, 1 unit rusak berat di Desa Ujung Tanjung II Kecamatan Lebong Sakti.
Kemudian, 2 unit jembatan gantung di wilayah Kecamatan Amen. Yang tersebar 1 unit rusak berat di Selebar Jaya dan 1 unit putus di Desa Talang Bunut. Terakhir 4 unit di Desa Tunggang Kecamatan Lebong Utara.
Berdasarkan keterangan Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Lebong, Tantomi, terjangan banjir ini mengakibatkan jembatan gantung tidak dapat dilalui karena sebagian lantainya terlepas terbawa banjir. Ada yang putus, rusak berat juga ada yang rusak ringan.
Untuk itu, Tantomi pun meyakinkan, bahwa pihaknya terus melakukan perhitungan kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tanah longsor serta banjir. Termasuk biaya Rehabilitasi dan rekonstruksi.
Jika dilihat dari kontur keberadaan Kabupaten Lebong, kawasan ini menjadi perlintasan aliran sejumlah sungai besar. Sehingga sewaktu-waktu wilayah ini akan mengalami bencana banjir dan longsor, terutama ketika curah hujan tinggi. Kondisi itu juga diperparah dengan kerusakan hutan, akibat alih fungsi lahan untuk perkebunan, pemukiman dan penggunaan lainnya.
Untuk itu, butuh dukungan semua pihak guna melakukan tindakan nyata, mulai dari reboisasi hutan dan tanah-tanah tandus, normalisasi sungai hingga penataan kawasan agar air bisa terserap dengan baik.(Putri)