Sensasi Keseruan Jalan Braga dan Sejarahnya

Sensasi Keseruan Jalan Braga dan Sejarahnya

SriSundari – Jalan Braga merupakan salah satu ikon Kota Bandung yang selalu menjadi inceran pengunjung untuk disinggahi.  Kawasan unik ini merupakan jalanan yang sangat bersejarah, yang masih menyimpan bangunan-bangunan kuno peninggalan zaman kolonial yang didukung dengan suasana yang begitu menyejukkan.

Jalan Braga menjadi salah satu pusat wisata yang paling dicari di Kota Bandung. Wisatawan dapat menikmati keseruan sepanjang Jalan Braga.  Di trotoar, para pelukis siap menyajikan lukisan-lukisan cantik yang siap dibeli, atau apakah ingin mendapatkan lukisan diri sendiri? 

Belum lagi sajian kulinernya yang begitu menggugah selera di sepanjang jalan, dengan beragam restoran dan kafe yang sangat kental penuh nuansa nostalgia.  Juga suasana romantis saat malam hari, ketika lampu-lampu sepanjang jalan menyajikan sinar temaran yang begitu memikat.

Yah, perpaduan antara keseruan masa lalu dan dinamikan kehidupan modern saat ini, bersatu padu dalam jantung kota Bandung ini.  Tak heran, tak ada kata sepi sepanjang Jalan Braga ini, jalan yang menjadi saksi bisu perkembangan kota dan tempat bagi para pengunjung untuk merasakan pesona nostalgia yang abadi.

Jalan Braga adalah salah satu jalan legendaris di Kota Bandung, yang masih diramaikan deretan bangunan peninggalan Belanda.  Sejak zaman kolonial, jalan ini menjadi pusat keramaian, hingga saat ini.

Menilik sejarahnya, dilansir dari Indonesia.go.id, pada era zaman kolonal, kawasan ini merupakan sebuah jalan berlumpur yang kerap dilewati pedati, sehingga disebut karrenweg atau pedatiweg yang berarti jalan pedati.  Jalan ini menghubungkan antara Jalan Raya Pos (sekarang Jalan Asia Afrika) menuju gudang kopi milik Andreas de Wilde.

Bergulirnya waktu, jalan ini semakin berkembang pesat. Bahkan pada abad ke-19, jalan ini telah menjelma sebagai pusat perbelanjaan bagi warga Eropa yang tinggal di sekitar Bandung. Mereka adalah para pengusaha perkebunan teh atau preangerplanters. Sehingga kawasan ini dijuluki De meest Eropeesche winkelstraat van Indie, atau komplek pertokoan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda.

Terdapat banyak beragam versi penempatan nama Braga pada jalan ini. Ada yang mengatakan, nama Braga berasal dari nama seorang penulis naskah drama, Theotila Braga di era tahun 1834 – 1924.  Dahulu, kawasan ini merupakan markas perkumpulan drama Belanda yang didirikan pada 18 Juni 1882 oleh seorang Asisten Residen, Peter Sijthot.

Nama Braga juga dikatakan diambil dari minuman keras khas Rumania yang sering disajikan di Societeit Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di bagian selatan Bragaweg.  Versi lainnya, nama Braga diberikan dari nama dewa puisi dalam mitologi Jerman yaitu Bragi.  Sementara, berdasarkan para ahli sastra Sunda, Braga merujuk pada kata ‘Baraga’ yang merupkana jalan di tepi sungai.  Karena kenyataannya, jalan ini memang berada di tepi Sungai Cikapundung.

Dalam perkembangan berikutnya, saat masih dalam masa penjajahan, Jalan Braga menjadi pusat perbelanjaan terkenal bagi kaum berduit dan dijuluki sebagai De meest Eropeesche winkelstraat van Indie, atau komplek pertokoan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda.

Kemudian di awal abad ke-20, Jalan Braga menjadi pusat kehidupan sosial dan ekonomi Bandung. Banyak bangunan bersejarah bergaya kolonial Eropa yang dibangun di sekitar jalan ini seperti bangunan Hotel Savoy Homann, Grand Hotel Preanger, Gedung Merdeka dan banyak lagi dimana gedung-gedung indah ini menjadi saksi bisu kemegahan arsitektur pada masa itu.

Selain bangunan kuno, sajian kuliner masa lalu juga dapat ditemui disini, seperti restoran Braga Permai-Maison Bogerijen. Pada masa lalu, restoran ini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang kelas atas.  Tak heran, menu yang disajikan pun masih berbau ala-ala eropa, seperti roti dan kue khas Kerajaan Belanda serta hidangan beragam lainnya mulai makanan nusantara hingga western.

Satu lagi kuliner yang masih setia yang ada di Jalan Braga yaitu es krim klasik di Sumber Hidangan.  Kuliner ini ada sejak tahun 1929. Berbagai es krim klasik mulai rasa kopyor hingga cokelat atau vanila siap memanjakan lidah. Sebagai warisan bersejarah yang masih hidup, Jalan Braga menjadi simbol sejarah dan budaya yang mencerminkan perubahan zaman dan peranannya dalam perkembangan kota Bandung.  Siapapun yang datang berkunjung, akan menikmati perpaduan antara sejarah dan gaya hidup kontemporer yang sangat menarik, yang tak akan lekang oleh waktu.(NA)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"