Bab 4. Sukses Karir : Kecerdasan atau Loyalitas (Part 1)

Sukses Karir

Sukses dalam karir merupakan suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang, tidak terkecuali kita semua. Sukses tidak mungkin datang dengan sendirinya, tetapi sukses akan datang setelah melalaui suatu proses yang berliku. Bak kata kata bijak bahwa“Proses tidak akan membohongi hasil”. Artinya semakin sungguh-sungguh kita menjalani suatu proses, maka semakin besar harapan bahwa kita akan sukses. Jika usaha sungguh-sungguh itu adalah pekerjaan, maka besar harapan bahwa karir anda akan sukses.

Cepat atau lambatnya proses menuju sukses dipengaruhi oleh banyak hal. Misalnya rajin, focus, komitmen dan lain sebagainya. Banyak orang  berpendapat bahwa jika mampu memenuhi Kriteria-kriteria orang sukses, maka kita sedang menuju proses untuk suatu kesuksesan. Aapa saja kriteria orang orang sukses?. Untuk mengetahuinya dapat dijelaskan sebagai berikut antara lain :

  1. Mempunyai rencana kerja
  2. Bangun tidur lebih awal
  3. Mengikuti perkembangan teknologi informasi
  4. Rajin berdiskusi
  5. Mau belajar
  6. Fokus
  7. Kosisten
  8. Loyalitas
  9. Pintar
  10. Membangun jaringan atau relasi kerja
  11. Rajin membaca
  12. Mengikuti workshop atau pelatihan
  13. Mempunyai pola hidup sehat
  14. Berani mengambil keputusan
  15. Tidak takut gagal
  16. Tampil saat rapat
  17. Dan lain sebagainya.

Kalau ditelusuri lebih lanjut, tentunya banyak sekali kriteria-kriteria orang sukses, mungkin ada beberapa hal yang belum tersebutkan. Tetapi dalam pembahasan kali ini, kita tidak akan membahas satu persatu dari kriteria sukses diatas, tetapi lebih mengkhususkan kepada kriteria pintar dan loyalitas. 

Untuk sukses butuh Kepintaran atau Loyalitas?

Sebahagian orang beranggapan orang pintar akan sukses. Karena kepintaran menjadi modal utamanya untuk mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dengan kepintaran yang dimiliki, mereka mampu membuat perencanaan dengan baik, mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul dengan baik dan lain sebagainya. Pertanyaannya adalah apakah kenyataan dilapangannya memang demikian, orang pintar akan selalu sukses?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan penjelasan berikut ini. Saya mengenal seorang pejabat eselon 1a (Eselon tertinggi bagi Jabatan sorang ASN) disalah satu kementrian. Masih muda, usianya masih kepala 4. Menurut saya beliau termasuk salah satu orang yang sangat sukses berkarir sebagai ASN.  Memulai karir di Pemerintah Pusat mulai dari staf sampai dengan posisi sekarang diraih dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, Ini prestasi yang luar biasa, walau tidak bisa diabaikan juga fakta bahwa sebelumnya beliau sudah pernah menjabat eselon 3 di daerah.

Suatu saat kami berkesempatan berbuka bersama disalah satu restoran di Jakarta, menjelang berbuka kami sempat berdialog. Beliau mengatakan sewaktu masih menjabat direktur, ditempatnya akan dilaksanakan mutasi (perpindahan pejabat), termasuk untuk promosi  mengisi jabatan yang lowong. Pimpinan memberikan alternatif 2 orang pegawai yang akan dipilih untuk dipromosikan mengisi posisi yang lowong didirektoratnya. Kemudian beliau bertanya  kepada pimpinan, “untuk mengisi jabatan tersebut apakah bapak butuh pejabat yang loyal atau yang pintar?. Mohon izin kalau saya lebih butuh yang loyal pak” jawabnya.

Sampai disini saya cukup kaget, karena dalam pikiran saya, pegawai yang pintar sama pentingya atau mungkin lebih penting dibandingkan dengan pegawai yang loyal. Karena dengan kepintarannyalah, mereka akan mampu bekerja secara maksimal. Memberikan kontribusi untuk kepentingan organisasi. Tetapi disisi lain, menurut beliau dengan loyalitas tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik. Sehingga unsur loyalitas menjadi komponen yang penting dalam mempromosikan pegawai. Dialog diatas membuka cakrawala berpikir saya untuk keluar dari pakem, jika kamu pintar maka kamu dibutuhkan dan akan mendapatkan prioritas untuk dipromosikan.

Untuk menguji pendapat tersebut diatas, mari lihat disekitar lingkungan kerja. Perhatikan rekan-rekan kerja kita. Apakah menemukan disekeliling kita terdapat orang yang di kategorikan kepada kelompok orang pintar, tetapi karirnya biasa-biasanya saja. Atau orang yang pintar mempunyai karir yang bagus semua. Akhirnya saya menemukan jawabannya. Sebut saja namanya Roni. Roni mumpunyai pendidikan tinggi, lulusan luar negeri, mempunyai wawasan yang luas, pinter bernarasi,  tetapi ternyata karirnya biasa-biasa saja. Masih jauh dari apa yang kita sebut ASN sukses dari sisi karir. Sedangkan disisi lain ada orang yang dikategorikan biasa-biasa saja sebut saja namanya anto, tetapi karirnya cukup bagus. Pada kemampuannya bicaranya terbatas, analisa terhadap pemecahan masalah juga tidak terlalu sempurna.  

Pertanyaannya adalah kenapa anto karirnya bagus, sementara roni biasa-biasa saja?. Ternyata anto adalah tipe seorang loyalis, melaksanakan perintah dengan sigap dan cepat sesuai dengan kebutuhan atasan walau teradapat kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Tetapi anto selalu berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahannya sehingga sesuai dengan apap yang diinginkan oleh pimpinan. Sedangkan roni, setiap diberi tugas selalu memberikan argumen-argumen untuk penyempurnaan tugas tersebut, walaupun maksudnya baik tetapi terkesan suka membantah dan pekerjaan menjadi lambat penyelesaiannya.

Ini menjadi salah satu bukti bahwa orang pinter tidak selamanya mendapatkan prioritas untuk dipromosikan. Orang yang loyal mempunyai peluang yang bagus untuk mendapatkan kesempatan promosi dan terkadang mengalahkan orang yang paling pintar sekalipun.

Contoh lainnya yang membuktikan bahwa loyalitas lebih penting dari pada kepintaran diperoleh saat saya di undang sebagai narasumber untuk camat dan lurah. Pada saat penyampaian materi, saya sempatkan mengajukan pertanyaan kepada peserta. Menurut anda dalam berkarir sebagai ASN lebih penting mana kepintaran atau loyalitas. Saya dikagetkan oleh jawaban peserta. Semua yang saya tanya menjawab lebih penting loyalitas dari pada kepintaran. Saya jadi penasaran, untuk meyakinkan diri saya bahwa semua menjawab loyalitas adalah faktor penting dalam karir?. Kemudian saya konfirmasi ulang dengan merubah pertanyaannya siapa yang setuju kepintaran lebih penting dari loyalitas dalam pengembangan karir seorang ASN. Tidak ada satupun yang menjawab. Kemudian pertanyaan itu saya ulang lagi, tetap saja tidak ada jawaban. Berdasarkan jawaban seluruh peserta tersebut maka saya semakin yakin bahwa untuk berkarir sebagai ASN, loyalitas merupakan faktor penting yang melebihi pentingnya dari kepintaran seseorang.

Kemudian untuk memperkuat lagi analisa diatas, maka dilakukan pengamatan dan diskusi-diskusi dengan orang yang yang bersentuhan dengan permasalahan ini. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan beberapa orang pejabat ASN, ternyata tetap diperoleh hasil yang sama. Bagi mereka tidak terlalu “mendewakan” latarbelakang pendidikan ataupun kecerdasan seseorang, tetapi yang dibutuhkan adalah pegawai yang loyal, melaksanakan tugas sesuai arahan dan mampu menjabarkan apa yang ditugaskan pimpinan dengan cepat dan tepat.

Dari uraian diatas, dapat disimpulan bahwa pintar itu penting, tetapi pinter saja tidak cukup untuk mengantarkan kita mencapai karir puncak (sukses karir). Loyalitas mendapatkan porsi yang lebih besar. Karena pimpinan butuh kenyamanan dan garansi bahwa anggotanya akan memberikan kinerja yang terbaik sesuai dengan harapannya. Dan hal teresebut didapatkan dari pegawai yang mendedikasikan dirinya dengan loyalitas yang tinggi.

Dalam Buku : Sukses dengan Caramu (Penulis : Dr. Sri Sundari, SH. MM. CGCAE)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"