Pasca Penembakan Donald Trump, Tudingan Pun Menerpa Biden

Pasca Penembakan Donald Trump, Gosip Miring Pun Menerpa Biden

SriSundari – Pasca percobaan pembunuhan terhadap mantan Presiden AS Donald Trump, banyak pendukungnya mulai menimpakan kesalahan kepada Partai Demokrat, dan berusaha membalikkan keadaan dengan menyalahkan siapa yang telah memicu retorika politik yang memanas di Amerika, ketika kasus-kasus kekerasan politik mencapai titik tertinggi dalam sejarah.

Politik dan motif penembak masih belum jelas. Tersangka, Thomas Matthew Crooks yang berusia 20 tahun, tewas di tempat kejadian oleh agen Secret Service. Crooks adalah seorang anggota Partai Republik yang terdaftar yang akan memenuhi syarat untuk memberikan suara presiden pertamanya pada pemilu 5 November mendatang. Ayahnya, Matthew Crooks, mengatakan kepada CNN bahwa ia sedang berusaha mempelajari apa yang terjadi dan akan menunggu sampai ia berbicara dengan penegak hukum sebelum berbicara tentang putranya.

Dilansir dari laman Reuters, akibat kejadian ini, mulai dari Partai Republik hingga para ahli teori konspirasi sayap kanan, menunjukkan adanya sebuah pesan yang konsisten, bahwa Presiden Joe Biden dan para pemimpin Demokrat lainnya, telah meletakkan dasar bagi penembakan pada hari Sabtu (13/7/2024) lalu, dengan menganggap Trump sebagai seorang otokrat yang merupakan ancaman besar bagi demokrasi.

Bahkan, beberapa komentator pro-Trump meramalkan akan ada lebih banyak kekerasan di masa mendatang akibat Biden. Beberapa pejabat Partai Republik mulai mencecar Biden dan mengkritik Biden dan anggota Partai Demokrat lainnya, yang menganggap mantan presiden tersebut sebagai ancaman bagi Demokrasi dan bangsa karena kekerasan.

Namun, berdasarkan analisis Reuters terhadap lebih dari 200 insiden kekerasan bermotif politik antara tahun 2021 dan 2023 memberikan gambaran yang berbeda.  Pada tahun-tahun tersebut, kekerasan politik yang fatal lebih sering berasal dari sayap kanan Amerika daripada sayap kiri.

Berdasarkan lusinan pidato kampanye Trump (selama tahun 2020 – 2024), ditemukan banyak tema-tema kekerasan yang kerap berulang-ulang terjadi. Trump telah mendesak para peserta rapat umum ‘untuk mengambil kembali negara kita,’ Trump juga berulang kali memuji para perusuh di Capitol pada 6 Januari lalu dan membandingkan dirinya dengan mafia terkenal Al Capone. Bahkan ketika menjadi presiden, Trump mendorong polisi untuk bersikap kasar terhadap orang-orang yang mereka tangkap dan mengancam akan menggunakan militer AS untuk memadamkan protes.

Sebelum terjadinya penembakan, Trump tidak mengesampingkan kemungkinan terjadinya kekerasan politik jika ia kalah dalam pemilihan umum bulan November nanti.

“Jika kita tidak menang, Anda tahu, itu tergantung,” ungkapnya ketika ditanya majalah TIME pada bulan April lalu.

Bahkan, Trump juga mengungkapkan bahwa dirinya akan menolak untuk menerima tanpa syarat hasil pemilu mendatang dan memperingatkan ‘pertumpahan darah’ jika dia kalah.

Sementara itu, Biden malah kerap berulang kali mengutuk kekerasan politik, memberikan kecaman lain segera setelah serangan terhadap Trump.

“Tidak ada tempat di Amerika untuk kekerasan semacam ini atau kekerasan apa pun dalam hal ini. Upaya pembunuhan bertentangan dengan semua yang kita perjuangkan….., sebagai sebuah bangsa – semuanya,” kata Biden dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.

“Kita akan berdebat dan kita akan berbeda pendapat. Itu tidak akan berubah. Namun kita tidak akan kehilangan jati diri kita sebagai orang Amerika.” Ujar Biden meyakinkan.

Sementara itu, Trump awal setelah penembakan terjadi merasa geram dan menantang.  Bahkan, usai penembakan di rapat umum di Pennsylvania, ia mengepalkan tinjunya ke arah kerumunan dan berteriak.

“Lawan! Lawan!”

Namun, pada hari Minggu (14/7/2024), sikap Trump mulai melunak dan menyerukan persatuan nasional.

“Pada saat ini, lebih penting dari sebelumnya bahwa kita harus bersatu,” tulis Trump dalam sebuah postingan di jejaring sosial Truth Social.

Pesan tersebut diperkuat dengan memo kampanye yang ia kirimkan kepada para stafnya untuk tetap tenang.

“Ini adalah harapan besar kami bahwa tindakan yang menghebohkan ini akan menyatukan tim kami, dan tentu saja bangsa ini, dalam persatuan dan kami harus memperbarui komitmen kami terhadap keamanan dan perdamaian untuk negara kami,” kata memo kampanye internal tersebut.(Putri)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"