SriSundari – KBRI Dhaka menerima informasi mengenai WNI a.n. DU yang meninggal dunia di Jashore, Bangladesh pada 5 Agustus 2024 lalu. Dari informasi yang diterima, DU meninggal dunia akibat menghirup terlalu banyak asap, karena hotel tempat almarhum menginap terbakar di tengah-tengah kerusuhan. DU baru saja tiba di Bangladesh tanggal 1 Agustus 2024 untuk kunjungan bisnis.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah menghubungi keluarga almarhum di Indonesia dan menyampaikan ucapan belasungkawa serta akan memfasilitasi repatrasi jenazah, bekerja sama dengan perusahaan tempat almarhum bekerja.
Terkait situasi keamanan di Bangladesh, Kemlu dan KBRI Dhaka kembali mengimbau agar para WNI yang berada di Bangladesh selalu meningkatkan kewaspadaan, menghindari kerumunan massa dan lokasi demonstrasi, serta mengikuti langkah-langkah kontingensi yang diarahkan KBRI Dhaka.
Sementara itu bagi WNI yang memiliki rencana perjalanan ke Bangladesh, diimbau untuk menunda perjalanan ke Bangladesh, sampai situasi dan kondisi keamanan membaik.
Namun demikian, KBRI Dhaka memberikan nomor-nomor penting, jika WNI di Bangladesh mengalami kondisi dadurat, yaitu KBRI Dhaka: (+880) 1614444552 dan Direktorat Pelindungan WNI Kemlu: (+62) 812 9007 0027. Laporkan segera kepada otoritas keamanan setempat dan hotline KBRI Dhaka.
Diketahui, gejolak demonstrasi di Bangladesh mulai terlihat setelah Pengadilan Tinggi memberlakukan kembali kuota pekerjaan, yang mencadangkan sepertiga dari seluruh jabatan pegawai negeri untuk anak-anak pejuang yang berpartisipasi dalam gerakan kemerdekaan pada 1971. Awalnya, gerakan demonstrasi ini dijalankan secarai damai yang dimulai pada 1 Juli 2024 lalu.
Sayangnya, usai PM Sheikh Hasina melontarkan komentar yang menghina para pengunjuk rasa, tiba-tiba demonstrasi pun berubah menjadi kekerasan. Para pendemo murka ketika mereka digambarkan sebagai ‘razakar’, yaitu sebutan bagi kelompok masyarakat Bangladesh yang dituduh bekerja sama dengan militer Pakistan pada perang tahun 1971.
Hasina adalah putri presiden pendiri Bangladesh yang berusia 76 tahun, dan telah memerintah negara Asia Selatan sejak tahun 2009 dengan tangan besinya. Hasina menjadi kepala pemerintahan perempuan paling lama menjabat di dunia, setelah ayahnya dibunuh bersama sebagian besar keluarganya dalam kudeta militer pada 1975. Dalam insiden itu hanya Hasina dan adik perempuannya yang selamat, karena mereka sedang bepergian ke luar negeri pada saat itu.
Usai tinggal di pengasingan di India, tahun 1981 Hasina kembali ke Bangladesh dan berkoalisi dengan partai politik lain, untuk memimpin pemberontakan rakyat demi pembentukan pemerintahan demokrasi.
Tahun 1996, untuk pertama kalinya Hasina terpilih berkuasa, namun pada tahun 2001 Hasina kalah dari Begum Khaleda Zia dari Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) pada 2001. Kembali berkuasa pada tahun 2009 dalam pemilu yang diadakan di bawah pemerintahan sementara.(Putri)