Jakarta Jadi Tuan Rumah Pertemuan Regional Iklim, UCAP CAI 2025

Jakarta Jadi Tuan Rumah Pertemuan Regional Iklim, UCAP CAI 2025

SriSundari – Kota Jakarta menjadi tuan rumah Pertemuan Regional Urban Climate Action Programme – Climate Action Implementation (UCAP CAI) Asia Tenggara tahun 2025.  Acara yang bekerja sama dengan C40 Cities dan didukung penuh oleh Pemerintah Inggris ini, diselenggarakan di Hotel Ayana Midplaza, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (23/7/2025).

UCAP CAI ini merupakan kegiatan yang mempertemukan para pemimpin kota, investor, dan mitra pembangunan dari seluruh kawasan, untuk mempercepat pembiayaan iklim dan mewujudkan dampak nyata bagi pembangunan kota berkelanjutan.

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung menyambut hangat para peserta UCAP CAI. Gubernur Pramono mengungkapkan, pertemuan regional ini sebagai tonggak penting dalam merayakan capaian program UCAP, sekaligus membuka babak baru kolaborasi untuk mewujudkan masa depan perkotaan yang hijau, inklusif, dan berkelanjutan.

“Sejak 2018, C40 telah memberikan dukungan teknis dan sumber daya bagi 35 kota dalam merancang dan menjalankan rencana aksi iklim. Kota-kota tersebut, termasuk Jakarta, telah menunjukkan kepemimpinan yang nyata dalam mendorong transformasi menuju ketangguhan iklim,” ujar Gubernur Pramono.

Forum ini, menurut Pramono, menjadi kesempatan berharga bagi para peserta untuk bertukar praktik baik dan memperluas kolaborasi, termasuk dalam menjajaki skema pembiayaan iklim, seperti hibah, green bonds, blended finance, dan kemitraan publik-swasta untuk menutup kesenjangan pendanaan infrastruktur di Asia Tenggara.

Lebih lanjut Gubernur Pramono juga menyatakan, seiring berakhirnya Program UCAP CAI, prioritas berikutnya bagi kota-kota di Asia Tenggara adalah menyusun strategi pembiayaan iklim yang adaptif, dan berkelanjutan, guna memastikan keberlanjutan program mitigasi, dan adaptasi yang telah berjalan.

“Ke depan, Jakarta berkomitmen memperkuat transisi energi dengan berpartisipasi dalam inisiatif Clean Investment Accelerator. Langkah ini sejalan dengan visi kami untuk membangun Jakarta sebagai kota global yang tangguh terhadap iklim, inklusif, dan bertanggung jawab secara fiskal,” jelasnya.

Gubernur Pramono percaya keberhasilan aksi iklim harus menjadi agenda bersama. Oleh karenanya, melalui forum ini diharapkan dapat memperkuat solidaritas dan kolaborasi antarkota dalam mendorong aksi iklim yang adil dan berkelanjutan.

“Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam terselenggaranya kegiatan ini. Semoga pertemuan ini melahirkan inovasi baru, komitmen yang lebih kuat, dan aksi nyata yang bermakna bagi kita semua. Saya ucapkan selamat mengikuti diskusi yang produktif dan menginspirasi,” ucap Gubernur Pramono.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, H.E. Dominic Jermey, mengatakan, Kota Jakarta bisa memimpin transisi global untuk pembangunan net-zero ke depannya.

“Inggris bangga mendukung program UCAP CAI C40, yang membantu kota-kota di Asia Tenggara membuka pendanaan iklim, menarik investasi, dan mewujudkan pertumbuhan inklusif. Kepemimpinan Jakarta bergabung dengan Clean Investment Accelerator merupakan tindakan berani yang kita butuhkan. Melalui pertemuan minggu ini, kota-kota di Asia Tenggara tidak hanya memamerkan pencapaian mereka—mereka juga menyerukan aksi yang kuat bahwa pendanaan iklim bukanlah kemewahan, melainkan sebuah kebutuhan untuk mewujudkan perubahan nyata bagi manusia dan planet ini,” ujar H.E. Dominic Jermey.

Pertemuan regional UCAP CAI berlangsung pada 23 hingga 25 Juli 2025. Acara ini menampilkan kemajuan Jakarta, Kuala Lumpur, dan Quezon City dalam melaksanakan aksi iklim yang ambisius dan inklusif melalui Program UCAP CAI dari C40.

Pertemuan ini mencakup berbagai kegiatan seperti lokakarya, kunjungan lapangan, dan diskusi tingkat tinggi yang dirancang untuk memperkuat portofolio proyek kota, memahami instrumen pembiayaan iklim, serta berinteraksi langsung dengan investor dari sektor publik dan swasta.

Sorotan utama dari pembukaan acara ini adalah pengumuman resmi Jakarta untuk bergabung dengan Clean Investment Accelerator—sebuah koalisi global yang kini mencakup 21 kota yang berkomitmen mengalihkan pembiayaan kota dari bahan bakar fosil ke solusi iklim yang membangun ekonomi tangguh dan inklusif.

Sebagai bagian dari inisiatif ini, Jakarta berkomitmen untuk secara perlahan mengurangi investasi berbasis bahan bakar fosil dari aset kota, mengembangkan instrumen pembiayaan hijau seperti obligasi dan portofolio berbasis ESG, serta mendorong kebijakan pembiayaan berkelanjutan yang lebih luas. Kota ini juga berencana meluncurkan platform digital untuk meningkatkan transparansi dan akses terhadap peluang investasi hijau lintas sektor.

Pengumuman ini sangat krusial karena Program UCAP CAI Asia Tenggara memasuki tahun terakhir pelaksanaan. Dengan meningkatnya risiko iklim dan keterbatasan akses terhadap pembiayaan, kota-kota di kawasan ini sangat membutuhkan pendanaan yang dapat diskalakan guna beralih dari perencanaan ke aksi nyata.

Program UCAP CAI, yang didanai oleh Pemerintah Inggris, telah membantu Jakarta dalam mengembangkan Peraturan Efisiensi Energi dan Air di Bangunan Gedung, Peta Jalan Bangunan Net-Zero, dan perangkat tata kelola iklim yang inklusif—yang kini menjadi landasan bagi ketahanan iklim jangka panjang.

Melalui program tersebut, Jakarta berhasil meningkatkan kapasitas aksi iklim melalui berbagai inisiatif strategis, di antaranya:

  • Penyusunan Peraturan Efisiensi Energi dan Air pada Bangunan Gedung yang memperkuat penerapan bangunan gedung hijau, sebesar 100% untuk bangunan baru dan 50% untuk bangunan eksisting pada 2030, berpotensi menghindari 10,6 juta ton CO²e per tahun;
  • Peluncuran Net-Zero Building Roadmap serta integrasi real-time Data Management System ke dalam anggaran kota 2025, disertai komitmen alokasi anggaran untuk implementasinya;
  • Pengarusutamaan Inclusive Climate Action dalam tata kelola pemerintahan sesuai kearifan lokal melalui integrasi dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang);
  • Penguatan sistem pelacakan emisi GRK untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis data;
  • Pengembangan sistem transportasi umum, mobilitas rendah emisi, dan pengelolaan limbah berkelanjutan.(Rafa)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"