Kejujuran modal utama untuk sukses. Dengan berperilaku jujur kita akan sukses. Kenapa demikian?, karena dengan kejujuran kita akan memperoleh kepercayaan dan penghormatan. Kepercayaan dari siapa?. Tentunya kepercayaan dari pimpinan, tim kerja, mitra kerja dan lain sebagainya. Pimpinan akan memberikan kepercayaan kepada pegawai yang mampu membuktikan kalau anda adalah bagian dari suatu kejujuran. Bahwa anda selalu bekerja bekerja denga jujur. Dengan kejujuran tersebut maka pimpinan yakin akan mendapatkan jaminan bahwa apa yang ditugaskan kepada anda akan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan untuk pekerjaan yang sifatnya rahasia akan dijaga kerahasiaannya.
Kemudian disaat pegawai berperilaku tidak jujur, mungkin saja pegawai tersebut mampu menutupinya dengan rapi pada saat itu. Tetapi yakinlah serapi apapun menutupinya, seiring perjalanan waktu, maka kebohongan tersebut akan terungkap dengan sendirinya. Bak kata bijak bau busuk tidak akan bisa disimpan berlama-lama, suatu saat akan tercium juga.
Semakin cepat cepat bau bususk tercium maka akan semakin cepat kita kehilangan kepercayaan dari pimpinan, teman kerja ataupun mitra kerja lainnya. Jika kita sudah tidak dipercaya, maka dengan sendirinya akan kehilangan kepercayaan dari berbagai pihak. Apa resikonya?. Hal tersebut akan berimbas terhadap peluang, khususnya peluang untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya penting dan rahasia. Dan juga seandainya terdapat peluang untuk promosi, maka kesempatan tersebut kemungkinan akan diberikan kepada orang lain. Kita tidak menjadi orang yang mendapatkan prioritas utama untuk dipromosikan. Seandainya hal tersebut benar-benar terjadi maka ini merupakan “gong” kehancuran terhadap karir kita.
Akan berbeda situasinya jika kita selalu jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Maka tanpa disadari atau tidak kepercayaan dan kehormatan akan selalu mengikuti gerak kita. Setiap pekerjaan yang cukup penting, maka kita akan menjadi prioritas utama dari pimpinan untuk ditugaskan. Kenapa?, karena pimpinan yakin bahwa kita dapat diandalkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dan menjaga integritas sesuai dengan harapan organisasi. Disaat kita menjadi orang kepercayaan maka pada saat itu terbuka peluang untuk promosi. Nama kita akan menjadi pertimbangan utama oleh pimpinan untuk dipromosikan, tentunya dengan catatan catatan juga mempunyai kompetensi yang sesuai,tidak kalah dibandingkan dengan pegawai lainnya.
Hal yang sama juga berlaku kepada tim kerja dan mitra kerja. Disaat mereka mengetahui bahwa kita adalah orang yang jujur, maka mereka akan menaruh kepercayaan dan penghormatan kepada kita sebagai orang yang akan mengantarkan tim kepada kesuksesan. Dan diyakini tidak akan menjadi duri dalam danging, yang akan menjadi penghalang keberhasilan dalam pekerjaan.
Kepercayaan dan penghormatan menjadi hal yang sangat penting dalam sukses karir seseorang. Dan kita harus menyadari bahwa cara untuk mendapatkan kepercayaan dan penghormatan adalah dimulai dari sebuah kejujuran.
Sumber kebohongan adalah satu kebohongan, Terpaksa berbohong lagi dan lagi untuk menutupi kebohongan-kebohongan sebelumnya.
Sekali kita berbohong, maka tanpa disadari maka akan melakukan kebohongan-kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan yang sudah dilakukan terlebih dahulu.
Dikisahkan seorang pejabat yang ditugaskan pimpinan untuk menghadiri suatu rapat koordinasi yang dihadiri oleh banyak kementrian dan lembaga di salah satu kementerian. Maka berangkatlah pejabat yang ditugaskan tersebut dengan membawa 2 orang staf. Sesampai dilokasi ternyata ruang rapat masih sepi. Tidak lama berselang, kemudian dia bertemu dengan seorang sahabat dari kementrian lain yang sudah lama tidak bertemu. Mereka asik mengobrol dan akhirnya mereka berdua pindah ke café di gedung sebelah mencari tempat yang lebih nyaman untuk bercerita. Sebelum jalan ke café sebelah, terlebih dahulu dia menugaskan ke dua stafnya untuk tetap tinggal ditempat menghadiri rapat koordinasi tersebut, kalau acara sudah dimulai tolong berkabar.
Dua sahabat lama tersebut asik bersenda gurau sambil ditemani secangkir kopi dan asap rokok terus mengepul di udara. Walau sudah dikabari tidak membuat mereka menyudahi obrolannyanya dan masuk ke tempat rapat. Cerita mereka baru berhenti disaat mendapatkan laporan bahwa rapat koordinasi telah selesai pertanda mereka harus kembali kekantor. Akhirnya kedua sahabat ini berpelukan, berpamitan dan kembali ke kantor masing-masing. Dalam perjalanan kembali kekantor, staf melaporkan jalannya pelaksanaan rapat koordinasi.
Keesokan harinya, mereka menghadap pimpinan melaporkan bahwa mereka telah menghadiri rapat koordinasi (bohong pertama). Pimpinan bertanya tentang proses jalannya rapat. Dengan lancarnya sang pejabat melaporkan banyak hal yang terkadang dibumbui (bohong kedua) dengan penjelasannya sendiri sehingga terkesan benar-benar menghadiri rapat tersebut. Kemudian dia menyampaikan salam dari pejabat-pejabat yang hadir (bohong ke tiga) untuk pimpinan.
Pimpinan bertanya, “bagaimana pandangan mereka terhadap kita?”
Mereka memberikan apresiasi yang bagus terhadap lembaga kita (bohong ke empat), jawab pejabat tersebut.
“Spesifiknya seperti apa?” tanya Pimpinan.
“Kata mereka kita menjadi salah satu lembaga yang taat aturan” jawabnya (bohong ke lima).
“terus?” Kejar pimpinan penasaran.
“makanya kita layak mendapatkan WTP,” jawab sang pejabat dengan antusias (bohong ke enam).
Dst…
Semakin banyak pertanyaan yang diajukan oleh pimpinan, maka semakin banyak kebohongan yang akan disampaikan oleh sang pejabat. Kebohongan pertama awali dengan pengakuan hadir padahal sesungguhnya tidak hadir. Selanjutnya untuk menutupi kebohongan tersebut, maka dilakukanlah kebohongan-kebohongan berikutnya yang di picu oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pimpinan. Pejabat yang bersangkutan harus mampu menjelaskan apa yang ditanya oleh pimpinan, padahal pada kenyataannya semua itu hanyalah karangannya saja, akhirnya terjadilah rangkaian-rangkaian kebohongan seperti gerbong kereta api untuk menutupi supaya kebohongan yang sebelumnya tidak ketahuan dan tertutupi dengan rapi.
Belajar dari kasus diatas maka disarankan kepada kita semua untuk melaksanakan apa yang menjadi tugas dengan baik, agar kita terhindar dari situasi yang dilematis yang memicu kita untuk melakukan kebohongan. Disaat melakukan suatu kebohongan, maka kita akan mengalami kesulitan untuk menutupinya. Jalan termudahnya adalah dengan berbohong lagi. Maka rangkaian gerbong kebohongan tersebut terus tersembung dan semakin lama menjadi kebohongan yang semakin panjang.
Untuk menghindari terjadinya banyak kebohongan yang berkelanjutan, maka usahakanlah semampu mungkin untuk tidak melakukan satu kebohongan. Cobalah jujur dengan keadaan dan kondisi yang ada. Insyaallah kita akan terhindar dari kebohongan panjang sehingga kita tidak perlu mendapatkan cap sebagai “manusia pembohong”.
Pepatah menyebutkan “sepandai-pandainya tupai melompat suatu waktu akan jatuh juga”. Sepandai-pandainya kita menyimpan kebohongan, maka suatu saat kebohongan tersebut akan ketahuan juga. Nah.. jika kita kaitkan kata bijak dengan cerita diatas. Disaat kebohongan sang pejabat tersebut diketahui oleh pimpinan, kita semua bisa bayangkan apa yang terjadi. Bisa jadi yang bersangkutan akan mendapat teguran karena melanggar disiplin pegawai, atau mungkin sangsi yang lebih berat. Tapi yang pasti, sang pejabat akan mendapatkan label orang yang berani membohongi pimpinan. Resiko yang terbesarnya adalah akan sulit mendapatkan kepercayaan dan kehormatan serta kesulitan untuk mendapatkan kesempatan promosi.
Kemudian pertanyaan sederhana yang perlu dijawab adalah, jika anda seorang pemimpin, disaat anda mengetahui ada anak buah yang tidak jujur kepada anda?. Apa yang akan anda lakukan?. Mungkin jawabnya akan beragam, tetapi pada intinya akan terjadi krisisi kepercayaan. Anda akan berhati-hati atau bahkan tidak akan percaya lagi kepada yang bersangkutan.
Oleh karena itu berusahalah bersikap jujur. Diawali dengan jujur kepada diri sendiri, kemudian dilanjutkan dengan jujur kepada orang lain. Dengan sikap jujur tersebut insyaallah kita akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam segala aktifitas termasuk dalam pekerjaan. Sikap jujur membantu membentengi diri untuk menghindar dari tanggung jawab. Sikap jujur akan mendorong kita untuk memberikan yang terbaik yang kita punya untuk pekerjaan. Dengan demikian diharapkan kita akan menjadi orang kepercayaan dan dapat diandalkan. Kepercayaan yang didaptatkan akan berbanding lurus dengan kesempatan yang diberikan pimpinan. Artinya itu akan membantu kesuksesan karir kita kedepannya. Sekali lagi saya ingatkan, tidak semua orang sanggup untuk berbuat jujur, oleh karena itu berani jujur itu hebat.
Banyak sekali kisah-kisah jujur yang menginspirasi. Misalnya kisah pemulung yang menemukan segepok uang dan menyerahkannya ke pihak keamanan, supir taksi yang mengembalikan barang yang tertinggal dimobilnya, office boy yang mengembalikan uang yang ditemukan dan lain sebagainya
Tidak hanya sekarang, zaman dahulu juga banyak kisah jujur yang menginspirasi. Sebut saja kisah khalifah Umar bin Khatab dengan si anak gembala domba, dia tidak mau menjual domba gembalanya kepada khalifah, walau majikannya tidak tahu, tapi dia meyakini bahwa perbuatannya akan di ketahui oleh Tuhan Yang Maha Tahu. Maka dia lebih memilih untuk tetap jujur dan tidak mau menjual domba gembalaannya. Buah dari kejujurannya tersebut, Khalifah Umar memerdekakan si anak gembala, membeli semua domba dan memberikan untuk si anak gembala. Inilah ganjaran yang diterima oleh orang yang mengutamakan kejujuran.
Begitu juga halnya dengan kisah anak gadis penjual susu kambing yang tidak mau mengikuti perintah ibunya untuk mencampurkan susu kambing dengan air supaya kalau dijual untungnya besar. Berkat kejujurannya tersebut berbuah dipinangnya sang gadis oleh khalifah Umar di jadikan minantunya. Inilah beberapa kisah kejujuran yang cukup menggugah, tentunya banyak lagi kisah-kisah lainnya yang menceritakan “dasyatnya” hasil sebuah kejujuran.
Dalam Buku : Sukses dengan Caramu (Penulis : Dr. Sri Sundari, SH. MM. CGCAE)