Bab 7. Mau Bahagia dan Sukses di Hari Tua? Jujurlah dari Sekarang

Disaat kita telah mampu menjadikan kejujuran jadi bagian dalam kehidupan kita, maka kebahagiaan akan anda raih, bisa saja sekarang ataupun pada masa yang akan datang. Kisah seorang mantan dosen dan pengasuh[1] yang begitu disegani bahkan ditakuti dimasa pendidikan karena ketegasan dan kejujurannya. Memberikan tindakan atau sangsi kepada praja[2], tidak pernah mengada-ngada atau mencari-cari keselahan yang sebenarnya tidak ada dan selalu bersikap jujur apa adanya. Tidak tergoda dengan dunia dan harta. Dimasa tuanya hidup dengan sederhana dan bahagia. Dan sekarang menjadi hal yang luar biasa, disaat anak-anak didiknya sudah sukes dalam karirnya yang tersebar dari sabang sampai merauke, dari mianggas sampai pulau rote begitu mencintai dan mengaguminya.

Mungkin beliau menjadi orang tua tersukses yang pernah saya kenal, anak didiknya berhasil berkarya diseluruh jenjang jabatan, Mulai dari kasi, kabid/kabag sampai dengan jabatan tertinggi ASN yakni Sekretaris Jenderal (eselon Ia). Demikian juga ada yang berani lompat pagar ke dunia politik. Pada jabatan politis sebahagian ada yang menjabat Bupati dan walikota, menjadi anggota legislatif dan jabatan-jabatan lainnya.

Diusia senjanya, beliau mendapatkan penghormatan tertinggi dari anak-anak didiknya. Jadi tamu kehormatan setiap acara reuni angkatan, bahkan menjadi  rebutan untuk didaulat jadi tamu kehormatan karena jadwal reuni yang bersamaan, sehingga dibutuhkan lobby-lobby untuk bisa menghadirkan beliau dalam dua reuni tersebut. Inilah sebagai salah satu bukti kecintaan anak-anak didiknya kepada beliau. Mungkin inilah yang saya sebut dengan kebahagiaan dihari tua, kehidupan penuh cinta dan kasih sayang. Tidak peduli dimanapun acaranya, para alumni selalu antusias untuk menghadirkan beliau. Tampilnya beliau berbicara menjadi saat yang ditunggu-tunggu. Banyak kisah yang unik dan lucu atas tingkah laku masa lalu kita yang masih melekat kuat dalam ingatanyannya. Bagaimana praja bersembunyi kedalam lemari saat beliau datang pengecekan ke barak-barak. Ironisnya beliau tahu ada praja dalam lemari, sehingga terjadi tarik menarik pintu, antara upaya beliau membuka pintu dan praja yang berusaha mempertahankan pintu lemari tetap tertutup rapat untuk mempengaruhi beliau sehingga meyakini tidak ada praja didalam lemari.

Kemudian disaat melihat panser[3] hijau parkir dijalanan disekitar barak atau dimanapun, maka area disekitar panser menjadi area yang sacral dan sebaiknya dihindari kalau mau aman. Para Praja akan mencari jalan melambung untuk menghindari beliau, karena tidak yakin mampu melewati beliau dengan aman. Ada saja ditemukan kesalahan, mulai dari kerapian berpakaian, perilaku dan lain sebagainya. Pendek kata prinsipnya adalah lebih baik menghindar dari pada bertatap muka, anda akan aman.

Setelah Diwisuda oleh Bapak Presiden, kita meninggalkan kesatrian, menuju kehidupan masing-masing, berjuang pada jalur karir masing-masing. Tahun demi tahun berganti bahkan sampai puluhan tahun berlalu beliau tetap menjadi fenomena dan kenangan indah dalam hati sanubari purna praja dari seluruh wilayah di Indonesia. Puluhan tahun berjalan bukannya kita dendam kepada beliau tetapi malah sebaliknya, menjadi rindu dan berharap bisa berjabatan tangan dan merasakan gemgaman hangat dan kuat tangan orang tua yang sudah mendekati kepala 8. Beliau yang begitu disegani dan bahkan ditakuti sekarang begitu dikagumi dan disayangi oleh semua anak didiknya. Nyaris sampai dengan penulisan buku ini belum pernah terdengar ada anak didiknya yang benci atau bahkan dendam terhadap beliau. Semua rindu kehadiran beliau di tengah-tengah kita semua, semua selalu berdoa untuk kesehatan beliau. Inilah yang namanya awalnya tidak suka sekarang dipuja-puja.

Disaat beliau akan berangkat haji, entah dari mana komandonya, para purnapraja[4] mengumpulkan biaya untuk meringankan biaya keberangkatannya, demikian juga untuk keberangkatan umroh. Bahkan ada niat baik anak didiknya yang ingin memberangkatkan beliau untuk kembali umroh tetapi ditolak, dengan alasan beliau sudah umroh. Disaat anak didiknya berhasil terpilih menjadi Bupati disalah satu daerah di tanah papua, sang Bupati datang sungkem kepada beliau dan mengundang beliau hadir pada acara pelantikannya sebagai tamu kehormatan.

Disaat beliau akan pindah rumah dari yokyakarta ke Batu Malang, salah seorang perwakilan kami berkesempatan mengunjungi beliau dan menyerahkan titipan teman-teman angkatanya untuk meringankan biaya pindah rumah dan keperluan lainnya. Dan diyakini tidak saja angkatan kami yang melakukukannya tetapi hampir semua angkatan yang pernah menjadi anak didiknya melakukan hal yang sama sebagai suatu wujud kecintaaan kepada orang tua tercinta, guru dan dan suritauladan kami.

Pada saat perwakilan kami mengunjungi beliau situasinya sangat mengharukan yang dideskribsikan dalam kalimatnya berikut ini

Alhamdulillah, malam kemarin hari Selasa, tanggal 24 Juli 2019  pukul 20.30 WIB,  saya bersama Lilik bertemu beliau pak Indarto di rumahnya. Beliau dalam keadaan sehat walfiat hanya isterinya yang lagi kurang enak badan. Kondisi barang-barang dirumah beliau sudah di packaging, dan sebelum tanggal 1 Agustus beliau sudah pindah ke Malang, artinya dalam waktu 1 minggu ini sudah mulai persiapan pindah. Tadi malam beliau sangat berterimakasih sekali atas perhatian alumni khususnya dari kita angkatan 04, tersirat dari suara dan wajahnya beliau menangis tapi tetap ditahannya dan tidak dilihatkannya. Beliau banyak cerita apasih kelebihannya sehingga beliau selalu diperhatikan purna praja padahal itu bukan yg diharapkannya. Kami sampaikan bahwa materi bukan sgalanya bagi kami tp perhatian, pengabdian dan dedikasi bapak yg kami ingat sampai sekarang. Diakhir cerita beliau mngucapkan banyak terimakasih dan minta maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan diwaktu usia 77 tahun ini. Dan ciri khas beliau kepada purna jika bertemu dengan salam komando dan pukul dada juga saya rasakan[5]

“Apa yang kau tanam, itu yang akan kau tuai”

Saya meyakini kisah haru, membanggakan dan membahagiakan diatas selalu terjadi dan terjadi lagi kepada beliau, karena banyak sekali anak didiknya yang begitu terkesan dengan kejujuran dan integritasnya. Pribahasa Apa yang kau tanam, itu yang akan kau tuai sangat tepat sekali untuk mendeskribsikan kisah hidupnya. Integritas dan kejujuran yang diperlihatkan dan ajarkan membuat beliau begitu dihormati dan disayangi dimasa tuanya. Kebahagiaan yang tiada henti selalu dipetik buah hasil yang telah beliau tanam selama puluhan tahun kepada anak didiknya.


[1] Pengasuh adalah orang yang ditugasi pada sekolah kedinasan di STPDN?IPDN yang bertugas untuk mengawasi sikap dan perilaku peserta didik yang bertugas selama 24 jam.

[2] Praja sebutan untuk mahasiswa SPTDN/IPDN

[3] Panser adalah sebutan untuk mobil Honda civic tua warna hijau yang selalu dipergunakan pak in

[4] Purnapraja sebutan untuk alumni STPDN/IPDN

[5] Sumber WAG Panguyuban 04 yang disampaikan oleh Ariansyah kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi.

Dalam Buku : Sukses dengan Caramu (Penulis : Dr. Sri Sundari, SH. MM. CGCAE)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"