Hobbiton, Mengintip Keseruan Desa Ajaibnya Para Hobbit ‘Lord of The Rings’

Hobbiton, Mengintip Keseruan Desa Ajaibnya Para Hobbit ‘Lord of The Rings’

SriSundari – New Zealand yang akrab disebut Selandia Baru dikenal dengan tur ajaibnya, yaitu menjelajahi ‘Desa Ajaib Para Hobbit’, Hobbiton.  Kawasan ini dikenal sejak menjadi salah satu lokasi syuting film Lord of The Rings.

Hobbiton, sebuah desa unik dengan pemandangan farm yang indah dengan rerumputan hijau membentang luas, disertai penataan desain rumah hobbit yang unik dan menarik.  Sunggu merupakan pemandangan yang sangat menakjubkan!

Kawasan yang berada di 501 Buckland Road, Matamata 3472, Selandia Baru ini, sejarah awalnya hanya merupakan sebuah peternakan bernama Alexander Farm.  Dimulai dari sutradara Lord of The Rings, Peter Jakson, yang menyulap peternakan seluas 505,8 hektar ini menjadi sebuah desa unik nan cantik dan mengagumkan, menjadi desa para hobbit.

Hobbiten hadir dengan keindahan bukit-bukit hijau nan asri dengan danau ditengahnya serta udara yang bersih. Bentangan tanah bergunung-gunung alias tebing – tebing yang menjulang tinggi memancarkan magis, memikat setiap mata yang melihat pemandangan ini.

Cikal Bakal Hobbiton

Kawasan Hobbiton sempat dihancurkan setelah film pertama Lord of The Rings (LOTHR) muncul. Waikato memang sangat luas dan posisi rumah warganya sangat berjauhan satu dengan yang lainnya. Tak heran, mereka tidak mengetahui saat proses syuting film Hollywood ini menggunakan salah satu peternakan di sana. Sehingga, begitu film Lord of The Rings tayang, mereka pun jadi penasaran mengenai lokasi syuting LOTR yang disebut-sebut berada di kawasan tempat tinggal mereka.

Kawasan Peternakan

Sayangnya, ketika mereka datang ke rumah Alexander untuk melihat dengan mata kepala sendiri desa Hobbit yang ada di film LOTR, mereka pun kecewa karena seluruh lokasi syuting telah dimusnahkan.

Suatu ketika, saat film sequel LOTR berikutnya akan beraksi, Jackson pun kembali menemui Alexander dan mengajukan penawaran untuk membangun kembali desa Hobbit yang sama dengan kondisi seperti film terdahulu.

Alexander mengizinkan membangun lagi lokasi syuting The Shire untuk film prekuel LOTR, yakni trilogi The Hobbit di tempat yang sama.  Namun, kali ini dengan satu syarat, usai proses syuting selesai, The Shire tak boleh dihancurkan.

Jackson pun menyanggupinya, membangun kembali ‘Desa Ajaib Para Hobbit’ dengan menggunakan bahan-bahan permanen. Hobbiton pun dibuka untuk umum dan dikelola secara profesional dan lebih terorganisir.  Sehingga wisatawan yang datang pun ditemani oleh pemandu wisata.

Lubang-lubang Hobbit kembali digali, tebaran dedaunan mulai disemai, serta bentangan tanah bergunung-gunung atau tebing yang menjulang magis. Dekorasi pintu-pintu kayu berbentuk lingkaran terselip di bawah gundukan tanah yang ditutupi rumput serta keindahan bunga-bunga perdu membuat, menciptakan pemandangan makin manis. Sungguh, merupakan view yang sangat menggoda dan mempesona!


Total ada 39 rumah Hobbit menurut brosur, pemandu kami menyebut ada 41 sedangkan Wikipedia menulis ada 44. Yang jelas, kami terkesima berada di tempat ini. Detilnya gokil, semua dikerjakan secara rinci. Tanaman, kusen kayu, perabotan, halaman, tidak ada yang dibuat asal-asalan di dalam area seluas 5 hektar ini.

Rumah Hobbit yang paling paling diincar wisatawan adalah Bag End yang dalam film LOTR merupakan rumah Frodo dan Bilbo Baggins.  Rumahnya terletak paling atas bukit dengan sebuah pohon besar di atasnya. Dari rumah Frodo di atas bukit, wisatawan dapat melihat lapangan untuk para Hobbit berpesta yang disebut Party Fields.  Juga ada kedai The Green Dragon, kedai hobbit yang menyajikan minuman tradisional saana. Untuk menuju ke kawasan wisata ‘Desa Ajaib Para Hobbit’, tersedia bus dari Auckland, Rotorua dan Matamata.(NA)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"