SriSundari – “Berbukalah dengan yang manis!” Nah, salah satu penganan berikut ini sangat cocok untuk dijadikan menu untuk berbuka puasa. Namanya kelicuk, makanan khas dari suku Rejang yang mediami Sumatera bagian Selatan dan Bengkulu. Rasanya manis dan legit! Penyajiannya dapat dimakan langsung ataupun disajikan bersama tapai.
Kelicuk merupakan penganan dengan komposisi yang terdiri dari pisang yang dicampur dengan beras ketan. Adonan tersebut diaduk-aduk. Sambil diaduk ditambah dengan pemanis atau tambahan penyedap lainnya. Setelah semuanya menyatu, adonan tersebut dibungkus dengan daun pisang yang masih segar, yang sebelumnya diolesi dengan minyak goreng sebelum adonan dimasukkan. Adonan dan daun pisang tadi dibungkus membentuk kerucut. Lalu dimasak dengan cara dikukus.
Kelicuk merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal terutama di sekitar wilayah Kepahiang serta sebagian wilayah Sumatera bagian selatan lainnya. Dahulu, biasanya penganan kelicuk disajikan sebagai penganan jamuan pernikahan maupun kegiatan tradisi adat Rejang di Kabupaten Kepahiang dan sekitarnya.
Penganan kelicuk menjadi jamuan utama dalam tradisi doa bersama. Doa bersama ini diperuntukkan keluarga yang sulit memperoleh momongan. Karena bentuknya sangat khas yaitu seperti segitiga atau kerucut, melambangkan pengharapan agar pengantin tidak mengalami kemandulan atau cepat dikaruniai anak.
Kata ‘kelicuk’ merupakan gabungan dari kata kelituk dan cencuk. Ini berasal dari bahasa Rejang yaitu kelituk yang artinya melipat dan cencuk artinya ditusuk dengan jari telunjuk. Hal ini mengacu pada cara membungkus yang menggunakan kedua gerakan tangan untuk membentuk kerucut ataupun segitiga.
Saat ini, kelicuk tidak saja disajikan untuk hajatan semata, namun sangat pas untuk menjadi penganan buka puasa. Bentuknya pun mulai beragam tidak hanya berbentuk kerucut namun ada juga yang menyerupai silinder. Namun, rasanya tidak diragukan lagi, saat digigit akan merasa legit, manis dan yang pasti, enak!(NA)