SriSundari – Aula Mezzanine di Gedung Djuanda 1, Jakarta Pusat menjadi saksi bisu, ratusan karyawan Kementerian Keuangan sambil membawa mawar putih, memberikan salam perpisahan kepada Sri Mulyani Indrawati, usai jabatannya sebagai Menteri Keuangan berakhir, Selasa (9/9/2025).
Tampak, antrian para staf yang hendak mengucapkan salam perpisahan mengular dari Aula Mezzanine lantai dua hingga ke area lobby di lantai dasar. Begitu pula di lantai dasar, lautan para staf pun ramai menyambut kehadiran Sri Mulyani.
Hadir didampingi suaminya, Tonny Sumartono, serah terima jabatan (sertijab) Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke penggantinya, Purbaya Yudhi Sadewa, berjalan khidmat. Seusai melaksanakan sertijab, wanita kelahiran Lampung 26 Agustus 1962 ini berswafoto dengan para staf yang sudah mengantri untuk memberikan bunga mawar putih. Banyak yang meneteskan air mata, bahkan Sri Mulyani juga terlihat meneteskan air mata ketika berpamitan kepada seluruh staf.
Kompak, para staf Kementerian Keuangan menyanyikan lagu ‘Bahasa Kalbu’ dari Titi DJ dan ‘Karena Cinta’ dari Joy Tobing. Sambil terisak, Sri Mulyani pun dipeluk oleh sang suami, melangkah keluar dari gedung, sambil mengumpulkan bunga mawar putih yang diberikan dari jajaran pegawai Kementerian Keuangan.
Dalam kesempatan sertijab ini, Sri Mulyani menyampaikan pidato terakhirnya di Kementerian Keuangan setelah tak lagi menjabat sebagai Bendahara Negara, mengucapkan terima kasih atas dukungan bantuan, masukan, dan kritikan kepada dirinya maupun kepada Kementerian Keuangan.
“Tidak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Pasti dalam menjalankan amanah ada kekurangan, ada kekhilafan. Untuk itu, saya dengan rendah hati memohon maaf,” ujar wanita bergelar Master dan Doctor dari University of Illinois Urbana – Champaign, USA ini.
Sri Mulyani juga mengucapkan selamat kepada Purbaya, sebagai Menteri Keuangan yang baru yang akan mengemban amanat dan tanggung jawab yang sangat penting, menjalankan tugas sebagai bendahara negara dengan baik sehingga bisa membantu program-program Presiden Prabowo Subianto.

Di penghujung sambutannya, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menitipkan pesan, agar integritas tetap dijaga dan meminta agar ranah privasinya lebih dihormati setelah ini.
“Saya pamit undur diri pagi hari ini dan mohon mulai saat ini, untuk kami dihormati ruang privasi kami atau ruang pribadi saya sebagai warga negara biasa,.. Jangan pernah lelah untuk mencintai Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Diakui Dunia Internasional
Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D. Anak ketujuh dari 10 bersaudara pasangan Prof Dr Satmoko (Ayah) dan Prof Dr Retno Sriningsih Satmoko (Ibu) ini, terlahir dari keluarga berpendidikan. Ayah dan ibunya merupakan guru besar di Universitas Negeri Semarang.
Lulusan Ekonomi Program Studi Pembangunan (ESP) Universitas Indonesia ini pernah bekerja sebagai peneliti di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) dan juga sebagai asisten peneliti di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dimana sebelum sarjana ia mendaftar dan diterima bekerja.
Tak berselang lama, Sri Mulyani mendapat tawaran beasiswa S2 dari University of Illinois Urbana-Champaign di Amerika Serikat dengan mengambil konsentrasi di bidang Public Finance dan Urban Economy dan meraih gelar Master of Science of Policy Economics (1990).
Sri Mulyani kembali melanjutkan pendidikannya dengan mengambil program Ph.D atau Doktor di University of Illinois Urbana-Champaign. Selama mengambil program doktor, Sri Mulyani bekerja sebagai asisten dosen statistik di kampusnya. Program doktor diselesaikan pada tahun 1992 dengan disertasi tentang Pajak Penghasilan (Income Tax).
Gelar master dan doktor dirampungkannya hanya dalam waktu empat tahun saja. Sri Mulyani juga melahirkan anaknya yang pertama, Dewinta Illinia di Amerika Serikat.

Kembali ke Indonesia, Sri Mulyani bekerja sebagai wakil direktur pendidikan dan latihan di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) di Universitas Indonesia hingga tahun 1995 dan kemudian menjadi Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM higga tahun 1998.
Beliau juga sempat menjabat sebagai Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-UI hingga tahun 1999. Di awal tahun 2000an, Sri Mulyani tinggal di Atalanta, Amerika Serikat dan menjadi konsultan US-AID.
Tahun 2002 Sri Mulyani pindah ke Washington DC dan bekerja sebagai Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai perwakilan 12 negara Asia Tenggara (SEA Group). Namun pada tahun 2004, usai ditunjuk sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia dalam kabinet Indonesia Bersatu hingga tahun 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sri Mulyani kembali ke Indonesia. Lalu pindah menjadi Menteri keuangan. Di era pemerintahan SBY, Sri Mulyani sempat merangkap sebagai Menteri Kordinator Bidang Perekonomian.
Pada tahun 2010, Sri Mulyani ditunjuk sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia menggantikan Juan Jose Daboub, dan menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Sri Mulyani sempat pindah ke Amerika Serikat.
Di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pada tahun 2016 Sri Mulyani kembali dipanggil ke Indonesia dan menjadi Menteri Keuangan. Kemudian pada masa pemerintahan Joko Widodo jilid II, Sri Mulyani kembali dipercaya sebagai Menteri Keuangan dari tahun 2019 hingga 2024 dalam kabinet Indonesia Maju.
Berbagai penghargaan disematkan pada Sri Mulyani. Namanya tidak hanya dikenal di Indonesia, namun juga dikenal di mata internasional. Pernah terpilih sebagai Menteri Keuangan Terbaik seAsia di tahun 2006, kemudian sebagai wanita paling berpengaruh di Indonesia ke 2 oleh majalah Globe Asia tahun 2007, lalu tahun 2008 majalah Forbes memilihnya sebagai wanita paling berpengaruh di dunia urutan ke 23.(NA/Berbagai Sumber)