Sukses Dengan Caramu (3)

Sukses Dengan Caramu (10)

b. Mengkongkritkan mimpi menjadi visi (kaitkan dengan perencanaan)

Bermimpi bukanlah suatu hal yang tabu. Saya menganjurkan kita semua untuk bermimpi. Bahkan semaikin tinggi impiannya semakin baik. Mengapa saya katakan semakin tinggi impian kita, itu semakin baik. Karena semakin tinggi mimpi maka semakin tinggi impian yang ingin kita capai. Impian ini yang akan mendorong kita untuk bekerja lebih serius, lebih bersungguh-sungguh sehingga semua impian tersebut dapat tercapai dengan baik.

Diawali dari mimpi dan tugas kita selanjutnya adalah mengubah mimpi tersebut menjadi sebuah kenyataan. Oleh karena itu, jangan pernah takut bermimpi. Mimpi merupakan suatu yang abstrak, sehingga terlihat sulit untuk dicapai. Apa yang harus dilakukan agar impian yang bisa diwujudkan?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah merasionalkan mimpi tersebut. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menguraikan mimpi dan menjadikan bahasa yang konstruktif, sehingga memungkinkan untuk dicapai. Konstruktif bahasa mimpi tersebut menjadi apa yang disebut dengan tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang hendak dicapai. Setelah tujuan dirumuskan serasional mungkin, kemudian kita buat perencanaan berupa tahap sebagai langkah untuk mencapai mimpi tersebut.

Selanjutnya tugas kita adalah menyelesaikan tahapan demi tahapan sehingga semua tahapan terlewati. Tahapan tersebut dapat diibaratkan seperti anak tangga. Untuk mencapai anak tangga tertinggi maka kita perlu untuk melewati tangga demi tangga sehingga kita sampai pada puncak tangga tertinggi. Begitu juga sebailiknya kalau tujuannya ada di bawah, maka tahapannya adalah dari tangga tertinggi sampai dengan tangga terbawah.

Tugas selanjutnya menjadikan setiap tahapan menjadi tujuan antara. Tujuan utama kita tadi adalah mimpi, sedangkan untuk mencapai mimpi diperlukan tahapan-tahapan untuk mencapainya. Tahapan-tahapan ini bermetamerfosa menjadi tujuan antara. Nah, tujuan “antara” ini juga memerlukan perencanaan yang matang. Rencana yang terukur baik dari sisi output ataupun waktu pencapaian.

Jika dalam mencapai mimpi mempunyai 5 tahapan, maka secara keseluruhan kita mempunyai 6 rencana. 5 rencana untuk pencapaian 5 tahapan dan 1 rencana besar untuk mencapai impian. Misalnya, kalau anda seorang PNS dengan golongan 3a, Usia 26 Tahun, pendidikan terakhir S1, jabatan sekarang sebagai staf administrai di salah satu Kementerian. Bolehkah PNS tersebut bermimpi menjadi seorang Sekretaris Jenderal di kementrian tersebut?.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Sekretaris Jenderal adalah jabatan karir tertinggi di Kementrian tersebut. Kalau pertanyaan tersebut diajukan ke saya, maka saya akan jawab impian anda hebat, anda akan mendapatkannya. Kenapa saya dengan tegas menjawab seperti itu? Karena saya sangat menyadari bahwa semua yang menjadi Sekjen juga memulai karir dari bawah. Yang membedakan yang menjadi Sekjen dengan yang bukan adalah mimpi, adalah usaha sungguh-sunguh yang mereka lakukan sehingga mereka sampai pada tahap tersebut. Walaupun posisinya sekarang adalah posisi terbawah dalam karir, sedangkan mimpi anda adalah posisi tertinggi. Sekali lagi saya katakan itu bukan hal yang mustahil, walaupun juga bukan hal yang mudah.

Untuk memotivasi anda untuk mencapai mimpi tersebut ajukan pertanyaan, apakah Sekjen yang sekarang pernah menjadi staf juga? Tentu jawabannya adalah iya, beliau juga pernah menjadi staf yang secara bertahap naik jabatan sehingga mencapai posisi Sekretaris Jenderal.  Kalau kondisinya demikian, mimpi anda bukanlah suatu hal yang mustahil, tetapi sesuatu yang rasional yang dapat diwujudkan.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah pemetaan tahapan jabatan dari staf sampai menjadi Sekjen. Terdapat lebih kurang 5 tingkat jabatan yang harus dilalui dari posisi staf sekarang menjadi sekretaris jenderal di suatu kementerian. Mulai dari eselon IVa, IIIa, IIa, Ib dan Ia.

Kemudian pemetaan lainnya adalah masalah pangkat harus sudah golongan IVd, diklat kepemimpinan dan lain sebagainya yang melekat yang dijadikan persyaratan untuk menjadi eselon Ia (sekjen).

Sekali lagi saya pertegas, itu bisa diraih, bisa direncanakan, semua tergantung kepada impian anda. Jika sekarang golongan IIIa, Dengan kenaikan pangkat regular sekali 4 tahun, maka 28 tahun kedepan golongannya sudah IVd dengan catatan semua persyaratan terpenuhi. Angka tersebut belum termasuk kenaikan pangkat dipercepat seperti pangkat pilihan dan lain sebagainya. Maka pada usia 56 tahun anda sudah memenuhi salah satu persyaratan yang terlihat sedikit mustahil tadi untuk menduduki jabatan eselon Ia.

Kemudian dalam jangka waktu 28 tahun tersebut anda harus mendapatkan 5 kali promosi. Artinya target waktu promosi rata-rata adalah 28 bagi 5 yakni sekali 5 tahun sampai dengan 6 tahun sekali. Apakah angka 5 tahun sampai dengan 6 tahun adalah waktu yang terlalu cepat atau mustahil untuk promosi? Tentu saja jawabnya tidak.

Dengan demikian anda harus membuat suatu rencana tahapan kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan. Di saat menjadi staf, konsentrasi pada tujuan antara yakni di promosikan dalam jabatan eselon IVa. Tidak usah memikirkan eselon III, II atau bahkan eselon I. Dan di saat anda sudah menduduki jabatan eselon IVa, maka tujuan dan target anda berikutnya adalah eselon IIIa. Dan begitu seterusnya sampai memperoleh impian anda.

Dengan kondisi sebagaimana cerita di atas, apakah impian untuk menjadi Sekretaris Jenderal merupakan hal yang mustahil atau bermimpi terlalu tinggi? Tentu saja jawabannya tidak. Tetapi yang pasti perlu perencanaan, kerja keras, fokus, komitmen yang kuat untuk mencapai impian tersebut.

Demikian juga untuk karir lainnya. Bermimpilah setinggi langit sesuai dengan apa yang disampaikan oleh bung karno. Rasionalkan tujuan anda, buat tahapantahapan. Jadikan tahapan sebagai tujuan “antara”. Capai setiap tujuan antara dengan baik. Jangan ragu untuk meraih mimpi. Jika sudah demikian maka sukses hanyalah masalah waktu.

c. Kembangkan imajinasi untuk berbuat lebih/ meningkatkan

Mimpi merupakan langkah awal untuk sukses. Dari mimpi kita bangun imajinasi-imajinasi ataupun khayalan tentang suatu hal untuk diwujudkan dalam dunia nyata. Imajinasi yang dibangun juga bergantung dengan apa yang dilihat dan dirasakan. Oleh karena itu jika wawasannya sempit, maka imajinasinya juga terbatas. Begitu juga sebaliknya jika wawasannya luas banyak hal yang dapat di imajinasikan.

Jika kita melihat film star trek, sebuah film dari Amerika yang mengembangkan imajinasinya dengan kehidupan dunia angkasa luar. Padahal, saya yakin sutradaranya belum pernah ke angkasa luar sama sekali, tetapi kenapa dia mampu membuat film yang menggambarkan kehidupan awak pesawat di angkasa luar dengan segala marabahaya yang mereka hadapi? Jawabannya adalah karena dia punya imajinasi.

Dari mana sumber imajinasi sutradaranya? Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan imajinasi misalnya dengan membaca, menonton film, pengalaman orang lain, berfantasi dan lain sebagainya. Membaca membantu kita untuk mengetahui yang belum kita ketahui. Dengan pengetahuan yang baru tersebut dapat menuntun kita untuk mengembangkan imajinasi-imajinasi yang ada dalam kepala kita.

Semakin banyak kita membaca buku dengan topic yang sama, maka akan semakin banyak hal yang bisa kita kembangkan dari buku tersebut. Berdasarkan buku yang dibaca dikembangkan melalui fantasi-fantasi, maka membangun imajinasi kita tentang suatu hal. Jika dikaitkan dengan kesuksesan, maka imajinasi-majinasi yang dibangun terkait dengan kesuksesan. Misalnya setelah kaya ingin keliling eropa. Setelah kaya mau membangun panti asuhan dan lain sebagainya.

Makna imajinasi dengan mimpi sebenarnya masih sangat berdekatan. Kalau mimpi merupakan khalayan atau lebih kepada berandai-andai, tetapi imajinasi sudah melibatkan daya pikir dalam khayalan tersebut sehingga lebih memudahkan untuk merasionalkannya dan menuangkan dalam bentuk rencana pencapaiannya.

Film yang ditonton juga mampu memberikan prespektif yang baru. Kita akhirnya membangun imajinasi sejalan dengan cerita dalam film tersebut. Ada keingingan menjadi salah satu pemeran seperti dalam film tersebut dan lain sebagainya.

Selain film, best practice seseorang juga sangat baik untuk mengembangkan imajinasi. Keberhasilan yang diperoleh orang lain mendorong kita untuk berimajinasi untuk mewujudkannya dalam keberhasilan kita juga.

Oleh karena itu membangun imajinasi-imajinasi juga dapat menjadi pengantar awal untuk menjadi seorang yang sukses. Tinggal kita mau melihatnya dari sisi positif atau sisi negative. Imajinasikan hal hal yang positif dan buang jauh-jauh yang negative. Dari imajinasi tersebut coba tuangkan dalam kerangka pemikiran yang lebih logis dan yakinkan diri apakah hal tersebut dapat direalisasikan atau tidak. Kalau dapat rumuskan dalam bentuk tujuan dan dilanjutkan dengan rencana pencapainnnya.

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"