BAB 3
Sukses Itu Jika Mampu Mengubah Masalah Jadi Peluang, Jangan Biarkan Masalah Menggurita
Selagi masih bisa bernafas, selagi nadi masih berdenyut, maka tidak ada manusia dimuka bumi ini yang tidak akan “bersentuhan” dengan masalah. Masalah selalu ada di mana-mana. Walaupun kita tinggal di rumah laksana istana raja, dengan pengawalan yang sangat ketat.
Dengan kepiawaiannya, masalah akan selalu sanggup bertamu mengunjungi kita. Artinya tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang tidak pernah bersentuhan dengan masalah. Jangan biasakan menghindar dari masalah. Kalau mereka datang, hampiri, dekati, pahami sehingga kita mampu mengidentifikasinya dengan baik. Dengan demikian maka bisa dicarikan solusi terbaik. Terkadang kita beranggapan, jika masalah datang, diamkan saja. Dengan harapan jika didiamkan, maka nantinya akan selesai dengan sendirinya. Benarkah demikian?.
Mungkin untuk kasus-kasus tertentu bisa juga benar, tetapi ketahuilah sesungguhnya dengan mendiamkan masalah maka kita telah membiarkan masalah itu berkembang. Laksana penyakit kangker menjalar kesana kemari dan akan menghasilkan daya rusak yang lebih dasyat lagi.
Memang diyakini ada beberapa masalah kalau didiamkan akan selesai dengan sendirinya. Tetapi jumlahnya sangat sedikit sekali. Misalnya kalau dirumah kita sering melihat anak-anak ribut, bahkan sampai berantem dan akhirnya salah satu menangis atau bahkan mungkin dua duanya menangis.
Untuk kasus seperti ini terkadang orang tua akan bilang, biarkanlah nanti juga akan baikan, nanti juga akan main lagi. Biarkan mereka mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi dengan cara mereka. Keputusan tersebut diambil oleh orang tuanya karena peristiwa ini bukanlah kali pertama, tapi terjadi secara repetitif (berulang-ulang). Orang tua sudah sangat paham ending dari masalah seperti ini. Orang tua sudah sangat hafal bahwa nantinya mereka juga akan baikan dan akan bermain bersama kembali.
Dalam kontek ini yang perlu disoroti adalah dampak permasalahannya, kalau dibiarkan masalah tersebut tidak akan meluas. Kalau kondisinya seperti ini maka orang tua masih bisa membiarkannya. Tetapi disaat ributnya semakin membesar dan tidak terkendali maka orang tua tetap harus mengambil peran untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Di dalam berbagai kasus, jika suatu permasalahan dibiarkan begitu saja dan berharap akan selesai dengan sendirinya. Ternyata dampaknya malah sebaliknya, permasalahan tersebut terus membesar, menggurita menjalar kemana-kemana sehingga mampu menghasilkan daya hancur yang lebih besar.
Misalnya seorang supir yang baru saja mengganti ban mobilnya karena membiarkan ban mobilnya kurang angin. Supir beranggapan dengan kondisi ban seperti ini, mobil tersebut masih sanggup untuk mengantarkan rombongan ke tempat tujuan. Rencananya nanti setelah sampai ditujuan, di saat rombongan melaksanakan aktivitas, baru anginnya ditambah.
Sesampainya di tempat tujuan sang supir mencari bengkel yang terdekat, ternyata dia tidak menemukannya sementara kondisi ban sudah semakin kritis dan akhirnya tidak bisa dipergunakan lagi. Dan celakanya ban serapnya juga belum ditambal karena dia berpikir nanti sekalian ditambal saat tambah angin., alhasil perjalanan harus tertunda karena supir harus berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Kemudian contoh kasus lain, misalnya seorang manager sedang sakit gigi. Sama dengan kebiasaan beberapa orang lainnya yaitu malas untuk berobat kedokter. Berusaha melakukan pembenaran-pembenaran supaya tidak pergi ke dokter. Misalnya mengatakan masih bisa ditahan, atau nanti hilang dengan sendirinya.
Pembenaran-pembenaran seperti ini lama-lama menjadi kebiasaan. Di saat harus melakukan pertemuan penting, ternyata sakit giginya kambuh, dan akhirnya harus izin meninggalkan ruangan pertemuan. Akhirnya yang bersangkutan kehilangan momen-momen penting pada saat pelaksanaan pertemuan tersebut.
uDari dua contoh kasus yang disampaikan diatas, Pertama ban mobil yang kurang angin dibiarkan dan menimbulkan masalah yang lebih besar dibelakangnya yakni rombongan tertunda untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Kemudian untuk kasus sakit gigi. Membiarkan sakit gigi dan akhirnya harus keluar dari ruangan pertemuan dengan resiko tidak bisa mengikuti pertemuan penting tersebut secara utuh. Pola dari kedua kasus itu sama, masalah kecil kemudian dibiarkan dan akhirnya menimbulkan masalah baru yang lebih besar.
Pola tersebut kalau digambarkan seperti berikut:

Selagi nafas masih dikandung badan, maka masalah itu akan selalu ada. Laksana udara, bisa masuk dari mana aja dan kapan saja tanpa harus memberi tahu atau memberi tanda-tanda. Terkadang kita tidak pernah bisa memprediksi akan timbul suatu masalah. Kita sudah persiapkan sebaik mungkin tetapi, tetapi dia datang juga dan tidak bisa dihindari. Itulah yang namanya hidup, tidak akan pernah terlepas dari masalah.
Apa sih sesungguhnya yang dimaksud dengan masalah? Jawabannya sangat sederhana. Yakni perbedaan harapan dengan kenyataan. Perbedaan tujuan dengan yang dicapai. Misalnya seorang pegawai berharap diangkat dalam suatu jabatan, tetapi ternyata di saat mau pelantikan ternyata namanya tidak ada dalam list nama yang akan dilantik. Itu masalah bagi sang pegawai dan belum tentu masalah bagi organisasi.
Contoh lain misalnya seorang marketing ditugaskan untuk menjual 30 buah produk mereka selama 1 bulan. Ternyata yang terjual hanya 17 produk saja. Maka hal tersebut menjadi masalah bagi marketing dan masalah juga bagi perusahaan.
Dalam kasus lain misalnya. Bagi seorang pegawai yang mempunyai 1 orang istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan 4 orang anak yang belum punya rumah sendiri (masih ngontrak), penghasilan 5 juta rupiah perbulan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Makanya ini menjadi masalah bagi pegawai tersebut.
Kemudian pegawai lainnya dengan 1 orang istri yang juga bekerja dengan 1 orang anak dan sudah punya rumah sendiri dengan penghasilan 5 juta rupian perbulan. Ternyata penghasilan 5 juta rupiah mampu mencukupi kebutuhan keluarga ini. Maka bagi mereka penghasilan 5 juta rupiah bukanlah suatu masalah yang besar, sementara untuk keluarga pegawai yang satunya penghasilan 5 juta merupakan suatu masalah yang harus segera dicarikan solusinya.
Dari beberapa contoh kasus di atas maka banyak dimensi yang bisa kita perhatikan yang melekat dalam suatu masalah.
- √ Perspektif orang/organisasi
- √ Standar yang jadi acuan
- √ Posisi
- √ Substansi
- √ pengetahuan
- √ Situasional dll