SriSundari – Kemajuan tekhnologi semakin canggih. Saat ini, manusia dengan mudah dapat memahami bahasa (chatbot), mengenali wajah (face recognition), ada mobil tanpa sopir, edit foto otomatis dan masih banyak lagi.
Ini semua hasil dari ‘Kecerdasan Buatan’. Istilah ngetopnya, AI, Artificial Intelligence. AI merupakan sebuah tekhnologi dari pengembangan sistem komputer yang dirancang untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. Mesin atau komputer akan mensimulasikan kemampuan berfikir, belajar dan bertindak seperti manusia.
Kemampuan yang dimiliki AI sangat tinggi, dapat melakukan berbagai tugas yang kompleks seperti mengenali gambar, mengenali bahasa, memecahkan masalah, membuat rekomendasi, membuat kesimpulan, dan lainnya.
Pemakaian AI dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti asisten virtual, mobil swakendara, pemasaran personal, dan analisis data bisnis.
Cara bekerja AI, diawali dengan memanfaatkan data dalam jumlah besar dari berbagai sumber, seperti sensor, interaksi pengguna, dan log sistem. Selanjutnya, algoritma AI akan menganalisis data sehingga dapat mengenali pola dan belajar, sering kali menggunakan teknik seperti pembelajaran mesin (machine learning) dan pembelajaran mendalam (deep learning).
AI juga dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menyederhanakan operasi, seperti merekomendasikan produk, mengotomatiskan layanan pelanggan, atau mengendalikan kendaraan.
Untuk memahami dan merespons bahasa manusia secara natural, AI juga melibatkan natural language processing (NLP). Keberadaan artificial intelligence adalah sesuatu yang revolusioner dan telah menjadi pendamping manusia bekerja.
Yah, kehadiran AI sangat membantu bagi banyak hal seperti dalam dunia tekhnologi, bisnis, kesehatan, keamanan sieber dan banyak lagi. Teknologi buatan manusia ini memang diprogram sedemikian rupa, untuk menyamai cara berpikir manusia, bahkan lebih canggih.
Namun demikian, meskipun AI merupakan teknologi yang lahir dari proses yang panjang dan sudah terbukti membantu pekerjaan manusia, tapi penerapannya membutuhkan kendali yang ketat sehingga kemajuan tehnologi ini tidak menjadi ancaman kerugian bagi manusia.
Sejarah AI
Tahun 1956 disebut-sebut sebagai tahun kelahiran AI, tepatnya pada sebuah konferensi di Dartmouth, Amerika Serikat, di mana John McCarthy (yang pertama kali menyebut istilah Artificial Intelligence), Marvin Minsky, dan kawan-kawan membahas satu keyakinan, bahwa suatu hari mesin bisa belajar, memecahkan masalah, bahkan berpikir seperti kita.
Kemudian pada era tahun 1960–1970-an, para peneliti super optimis. Mereka berargumen AI bisa main catur, mengerti perintah sederhana, dan bahkan menyelesaikan soal logika. Namun kenyataannya saat ini kondisi komputer masih lemot, data terbatas, serta impian AI akan seperti otak manusia tidak tercapai. Penelitian AI pun terhenti. Era ini dikenal ‘AI Winter’ alias ‘musim dingin AI’.
Pada tahun 1980–2000-an, AI mulai bangkit lagi. Berkat inovasi dan tekad para peneliti, AI mulai diakui kembali dan mengalami kebangkitan.
Memasuki tahun 2010-an, perkembangan AI semakin meroket. Dengan hadirnya tiga faktor utama pendorong kesuksesan AI, yaitu Big Data (internet dan media sosial yang menampung banyak data), Hardware Canggih (adanya GPU yang membuat komputasi jauh lebih cepat) serta Deep Learning (jaringan saraf tiruan yang menyerupai cara kerja otak), tekhnologi AI semakin diminati banyak orang.
Saat ini kita sudah bisa menikmati Google Translate yang makin pintar, adanya kamera HP yang dapat mendeketsi wajah, mobil Tesla yang dapat menyetir sendiri sampai AI kreatif seperti ChatGPT yang dapat diperintah untuk membuat artikel, desain baju, gambar bahkan musik.(NA/Berbagai Sumber)