Menikmati Eksotisme Kampung Adat Ratenggaro

Menikmati Eksotisme Kampung Adat Ratenggaro

SriSundari – Kampung Adat Ratenggaro merupakan salah satu objek wisata yang popular di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).  Sebuah desa adat yang terletak di Sumba Barat Daya, tepatnya terletak di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.  Kawasan ini merupakan sebuah kampung adat yang menyimpan jutaan eksotisme luar biasa yang menakjubkan.

Pesona alamnya yang masih terjaga keasriannya serta keberadaan ratusan kuburan kuno yang terbuat dari bebatuan, menciptakan suasana seperti sedang berada di era abad megalithikum.

Yah, Kampung Adat Ratenggaro dengan daya tariknya yang sangat memikat, mengundang banyak wisatawan untuk datang dan menikmati suasana nan eksotis ini.

Kampung Adat Ratenggaro terletak di dekat pantai.  Dalam perkampungan ini, terdapat arsitektur unik yang jarang ditemukan di tempat lain.  Seperti, rumah adat yang diberi nama Uma Kalada, yang memiliki atap menjulang setinggi 15–20 meter. Atap ini terbuat dari jerami. Status sosial pemilik rumah akan terlihat jelas dengan keberadaan tinggi dan rendahnya atap rumah tersebut.

Keberadaan atap yang menjulang tinggi pada Uma Kalada Ratenggaro, dihubungkan dengan makna dari kepercayaan masyarakat setempat, yakni Marapu, yang diartikan sebagai kegiatan kepercayaan masyarakat Adat Ratenggaro, terhadap pemujaan kepada para leluhur mereka.

Kampung Adat Ratenggaro memiliki empat rumah khusus yang disakralkan oleh penduduk setempat, dimana posisi keempat rumah khusus tersebut disesuaikan dengan empat penjuru mata angin yang saling berhadap-hadapan. Yaitu Uma Katoda Kataku dan Uma Kalama sebagai simbol dari Ibu, serta Uma Katoda Kuri dan Uma Katoda Amahu sebagai simbol dari saudara Ayah dan Ibu.

Posisi Uma Katode berada di bagian Selatan dan menghadap ke Utara. Uma Katode berhadapan dengan Uma Kalama, yang menghadap ke Selatan. Posisi Uma Katode Kuri berada di Timur dan menghadap ke Barat.  Dan posisi Uma Katode Kuri berhadapan dengan Uma Katode Amahu yang menghadap ke Timur.

Ratusan Kuburan Kuno

Dilihat dari sejarahnya, nama Ratenggaro berasal dari kata ‘rate’ yang diartikan kuburan, karena di lokasi tersebut banyak terdapat kuburan kuni yang terjaga keasriannya, tersusun indah dan rapi. Sementara kata ‘garo’ merupakan sebuah suku Garo yang berada di sekitar daerah tersebut.  Konon, dahulu terjadi perang antar suku yang diakhiri dengan kemenangan suku asli Garo, sehingga suku tersebut menempati desa tersebut.

Dari peristiwa perang tersebut, banyak korban perang yang mati dan dibunuh.  Mereka pun dikubur di desa tersebut.  Sekitar 304 kubur batu ada disana, dan diantaranya ada 3 kuburan yang ukurannya lebih besar dibanding yang lain dengan bentuk yang sangat unik menyerupai meja datar yang dipahat.  Kuburan – kuburan ini terletak di pinggir laut.  Konon, usia seluruh kuburan disini sekitar 4.500 tahun.

Di desa ini juga terdapat kuburan batu dari para leluhur atau raja dan penduduk suku Garo lainnya yang ukurannya lebih kecil dibanding kuburan yang usianya ribuan tahun tersebut. Juga ada kuburan batu lainnya yang dianggap keramat oleh warga sekitar, yaitu makam pendiri Ratenggaro bernama Gaura dan sang istri, Mamba.

Terdapat 4 tugu yang berada di sekitar kuburan batu.  Tugu Segel Kampung yang menjadi penanda teritori kediaman masyarakat setempat, Tugu Katode yang dipercaya dapat mendatangkan kemenangan saat berperang, Tugu Kubur Ambu Lere Loha yang diyakini memiliki kekuatan guntur serta tugu untuk meminta hujan.

Selain menikmati panorama alam nan sejuk serta uniknya panorama sekitar, selama berada di Kampung Adat ratenggaro, wisatawan juga dapat menikmati kegiatan lainnya. Salah satu kegiatan khas yang dilakukan diperkampungan ini yaitu menunggang kuda sandalwoodWisatawan dapat menunggang kuda sandalwood ini, sambal menikmati keindahan alam sekitar yang masih asri ini.

Konon, Kuda sandalwood merupakan hasil perkawinan silang antara kuda arab dan kuda poni lokal, yang dikembangbiakan di Pulau Sumba.  Kuda-kuda tersebut sangat lincah, tak kalah dengan kuda berukuran besar lainnya.

Nah, ingin merasakan keseruan zaman megalithikum? Yuk datang ke Kampung Adat Ratenggaro, yang berjarak sekitar 56 km dari Tambolaka, ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya.  Butuh waktu sekitar 1,5 – 2 jam agar sampai ke Kampung Adat Ratenggaro dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi akses jalanan dari Tambolaka menuju Ratenggaro beraspal yang terpelihara cukup baik.(NA)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"