SriSundari – Masa depan pembangunan Papua sangat bergantung pada generasi muda, khususnya mahasiswa. Mahasiswa memiliki posisi strategis sebagai agen perubahan, yang mampu mendorong kemajuan daerah melalui ide dan gagasan konstruktif.
Demikian disampaikan langsung oleh salah satu Anggota DPD RI asal Papua, Arianto Kogoya, saat menjadi pembicara dihadapan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) dalam kegiatan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa (LKM) yang digelar di Aula USTJ, Senin (10/11/2025).
Dalam kajiannya, Arianto mengusung tema ‘Peran Mahasiswa Papua dalam Bidang Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045’.
“Kami di DPD RI akan terus mendorong peningkatan pendidikan di Papua. Namun, pemerintah daerah juga harus menjalankan amanat undang-undang, terutama terkait penggunaan dana otonomi khusus,” tegas Arianto.
Senator asal Papua Pegunungan itu menambahkan, peningkatan mutu pendidikan merupakan kunci untuk mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. Karena itu, Arianto berkomitmen akan memperjuangkan program-program yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan di tanah Papua, melalui jalur legislasi dan penyaluran aspirasi daerah.
Lebih lanjut, di hadapan peserta LKM, Arianto mendorong mahasiswa agar aktif menyalurkan aspirasi dalam berbagai bentuk, baik melalui tulisan, jurnal, dialog terbuka, maupun aksi demonstrasi yang damai dan bermartabat.
“Banyak hal yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mendukung pembangunan. Gunakan ruang-ruang aspirasi itu secara produktif,” ujar Arianto lagi.
Ia juga menilai
Dengan diadakan kegiatan seperti LKM ini, menurut Arianto, penting untuk membentuk karakter dan mengasah kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Menurutnya, pengalaman berorganisasi menjadi wadah pembelajaran kepemimpinan yang tidak bisa diperoleh hanya di ruang kuliah.
“Ilmu pengetahuan memang didapat di kampus, tetapi soft skill dan jiwa kepemimpinan ditempa melalui pengalaman organisasi,” tuturnya.
Untuk itu, Arianto juga menekankan pentingnya penggunaan dana Otonomi Khusus (Otsus) sesuai amanat undang-undang, yakni 30 persen untuk pendidikan. Sehingga mahasiswa Papua dapat menjadi generasi yang berdaya dan mampu memajukan tanah kelahirannya.
“Pendidikan adalah kunci kesejahteraan. Tidak ada orang lain yang akan memajukan Papua selain orang Papua sendiri,” tandas Arianto.(Rafa)








