Untuk membuat suatu perencanaan yang baik selain beberapa hal yang telah disampaikan diatas, masih terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangkan agar perencanaan dapat direalisasikan dengan baik, yakni
- Mengenali potensi diri
Potensi diri merupakan modal untuk sukses. Bagaimana kita mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki sehingga mampu menjadi diri yang sebenarnya bukan semata-mata menjadi diri yang diinginkan, karena tidak selamanya yang diinginkan sesuai dengan kepribadian diri sendiri.
Merencanakan suatu aktivitas dengan menjadikan potensi diri sebagai salah satu pertimbangan, dengan demikian diharapkan rencana tersebut akan dapat direalisasikan dengan baik, karena potensi-potensi yang terdapat dalam diri dapat bekerja secara maksimal untuk keberhasilan pelaksanaan rencana tersebut.
Memahami potensi diri bukanlah suatu hal yang mustahil walaupun juga bukan suatu hal yang mudah. Yang mampu menilai diri kita secara objektif adalah orang lain, tetapi yang lebih mengenal diri kita, ya tentunya kita sendiri. Orang lain tidak akan mampu nengenal lebih baik daripada kemampuan kita mengenal diri sendiri. Ini bertentangan dengan banyak pendapat yang mengatakan bahwa yang lebih mengenal diri kita adalah orang-orang yang terdekat dengan kita seperti keluarga atau sahabat. Tetapi menurut saya sebenarnya orang lain hanya mampu melihat luarnya. Melihat apa yang kita perlihatkan. Tetapi mereka tidak tahu bagian-bagian tertentu yang tidak terlihat.
Sedangkan diri sendiri, mampu mengenali setiap sisi yang ada didiri kita. Yang penting kita mencoba jujur dengan diri sendiri. Berusaha mengenal gajala-gejala yang ada sebaik mungkin dan objektif atas penilian tersebut. Tetapi masalahnya adalah apakah kita sudah coba menyelami, memahami dengan baik gejala-gejala yang muncul?. Disaat kita sudah melihatnya dengan baik maka kita akan tahu potensi-potensi yang kita miliki, tinggal bagaimana caranya mengoptimalkan potensi-potensi tersebut.
Banyak hal dapat dilakukan untuk mengenal potensi diri, misalnya dengan merenung, melihat kebelakang apa yang sudah dilakukan, memperhatikan kenyamanan diri. Intinya berusaha lebih jauh mengenal diri sendiri. Dalam kontek organisasi, mengenal diri sendiri ini diwujudkan dalam analisa SWOT. Dengan adanya analisa SWOT diharapkan organisasi mampu mengenal potensi-potensi yang dimiliki oleh organisasi dengan baik. Jika potensi sudah dipahami dengan baik maka dapat dibuat perencanaan sesuai dengan potensi yang ada tesebut.
Kembali lagi kita ke pokok pembahasan yakni potensi diri, hasil analisa potensi diri dapat digunakan untuk membuat perencanaan karir kita ke depan, dengan mengandalkan kekuatan, melihat peluang, mempertimbangkan kelemahan, mengantisipasi segala hambatan yang muncul yang dapat mengganggu proses pencapaian mimpi yang dirasionalkan dalam bentuk tujuan.
Disaat kita tidak menemukan potensi diri secara maksimal, maka kita akan bekerja apa adanya, bekerja apa yang ada dihadapan saja. Inilah yang disebut dengan bekerja seperti air mengalir, tidak ada perencanaan yang matang dalam proses kerja. Membiarkan proses itu sendiri yang menuntun arah pekerjaan. Jika kondisi ini berlansung secara terus menerus tentunya kita akan sulit untuk berkembang. Orang-orang beruntunglah yang bisa sukses dengan pola kerja seperti air mengalir. Bagaimana mau sukses tanpa rencana yang disusun rapi berdasarkan potensi dan peluang yang ada.
Perlu kita sadari kenapa kita butuh perencanaan dalam bekerja, karena perencanaan yang baiklah yang akan menuntun kita kepada keberhasilan. Potensi diri pada setiap orang kan tidak sama, sementara itu potensi diri merupakan salah bagian penting yang harus dipertimbangkan dalam membuat suatu perencanaan agar mampu memberikan andil yang maksimal. Jika potensi yang dimiliki berbeda tentunya perlu penyesuaian-penyesuaian dalam perencanaan terhadap potensi yang berbeda tersebut. Dengan demikian rencana yang dibuat benar-benar sesuai dan dapat dikerjakan berdasarkan potensi yang dimiliki.
Oleh karena itu untuk menyelaraskan penyusunan perencanaan dengan potensi yang dimiliki maka perlu upaya-upaya untuk memahami dan menggali potensi diri. Jika hal tersebut sudah dilakukan maka potensi diri menjadi bahan pertimbangan penting dalam penyusunan suatu perencanaan untuk pencapaian hasil yang maksimal. Kenali dan gali potensi diri, baik potensi yang sifatnya positif ataupun potensi yang sifatnya negative sekalipun. Potensi yang positif terus dikembangkan sehingga mampu bekerja secara maksimal. Misalnya kita mempunyai bakat dalam menulis. Tentunya untuk menjadi penulis yang baik tidak bisa mengalir seperti air. Jadi penulis hebat dengan sendirinya. Tetapi perlu membuat suatu perencanaan bagaimana caranya menjadi penulis hebat. Tentunya semua butuh proses dimulai dari penulis pemula, berproses dan akhirnya sampai menjadi penulis terkenal.
Tentunya untuk menjadi penulis terkenal perlu suatu proses. Proses inilah yang direncanakan dengan tahapan-tahapan yang harus dilewati. Misalnya memahami teknik penulisan yang baik, bagaimana mencari sumber data, bagaimana melakukan wawancara (kalau perlu), bagaimana cara mempublikasikan dan lain sebagainya.
Potensi diri yang telah dikembangan yang kemudian diformulasikan dengan perencanaan yang baik akan menghasilkan karya yang hebat (By Manglayang Motivator)
Dengan memahami dan mengembangkan potensi diri maka akan membangkitkan rasa percaya diri untuk mampu mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik. Kenapa bisa menjadi percaya diri?, jawabnya adalah karena kita akan meneropong diri sendiri, kita akan memahami bahwa kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik. Dan dengan kemampuan tersebut maka kita akan mampu meneyelsaikan pekerjaan atau menghasilkan produk yang lebih baik dibanding orang lain. Dalam benak kita sudah muncul pemikiran rencana kerjanya. Tahap-tahap yang dilakukan seperti apa sampai bener-bener tuntas menjadi suatu keberhasilan.
- Mengkongkritkan mimpi menjadi visi (kaitkan dengan perencanaan)
Bermimpi bukanlah suatu tabu. Saya menganjurkan kita semua untuk bermimpi. Bahkan semaikin tinggi impiannya semakin baik.
“Bermimpilah setinggi langit, walaupun jatuh, jatuhnya dibintang-bintang juga”(Ir. Soekarno).
Mengapa saya katakan semakin tinggi impian kita, itu semakin baik. Karena semakin tinggi mimpi maka semakin tinggi impian yang ingin kita capai. Impian ini yang akan mendorong kita untuk bekerja lebih serius, lebih bersungguh-sungguh sehingga semua impian tersebut dapat tercapai dengan baik. Diawali dari mimpi dan tugas kita selanjutnya adalah merubah mimpi tersebut menjadi sebuah kenyataan. Oleh karena itu Jangan pernah takut bermimpi.
Mimpi merupakan suatu yang abstrak, sehingga terlihat sulit untuk dicapai. Apa yang harus dilakukan agar impian yang bisa diwujudkan?. Hal pertama yang harus dilakukan adalah merasionalkan mimpi tersebut. Bagaimana caranya?. Caranya adalah dengan menguraikan mimpi dan menjadikan bahasa yang konstruktif, sehingga memungkinkan untuk dicapai. Konstruktif bahasa mimpi tersebut menjadi apa yang disebut dengan tujuan.
Tujuan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang hendak dicapai. Setelah tujuan dirumuskan serasional mungkin maka emudian kita buat perencanaan berupa tahap sebagai langkah untuk mencapai mimpi tersebut. Selanjutnya tugas kita adalah menyelesaikan tahapan demi tahapan sehingga semua tahapan terlewati. Tahapan tersebut dapat diibaratkan seperti anak tangga. Untuk mencapai anak tangga tertinggi maka kita perlu untuk melewati tangga demi tangga sehingga kita sampai pada puncak tangga tertinggi. Begitu juga sebailiknya kalau tujuannya ada dibawah, maka tahapannya adalah dari tangga tertinggi sampai dengan tangga terbawah.
Tugas selanjutnya menjadikan setiap tahapan menjadi tujuan antara. Tujuan utama kita tadi adalah mimpi, sedangkan untuk menjacapai mimpi diperlukan tahapan-tahapan untuk mencapainya. Tahapan-tahapan ini bermetamerfosa menjadi tujuan antara. Nah tujuan Antara ini juga memerlukan perencanaan yang matang. Rencana yang terukur baik dari sisi output ataupun waktu pencapaian. Jika dalam mencapai mimpi mempunyai 5 tahapan, maka secara keseluruhan kita mempunyai 6 rencana. 5 rencana untuk pencapaian 5 tahapan dan 1 rencana besar untuk mencapai impian.
Misalnya, Kalau anda seorang PNS dengan golongan 3a, Usia 26 Tahun, pendidikan terakhir S1, jabatan sekarang sebagai staf administrai di salah satu Kementerian. Bolehkah PNS tersebut bermimpi menjadi seorang Sekretaris Jenderal di kementrian tersebut?. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Sekretaris Jenderal adalah jabatan karir tertinggi di Kementrian tersebut. Kalau pertanyaan tersebut diajukan ke saya, maka saya akan jawab impian anda hebat, anda akan mendapatkannya.
Kenapa saya dengan tegas menjawab seperti itu. Karena saya sangat menyadari. Semua yang menjadi Sekjen juga memulai karir dari bawah. Yang membedakan yang menjadi Sekjen dengan yang buakn adalah mimpi, adalah usaha sungguh-sunguh yang mereka lakukan sehingga mereka sampai pada tahap tersebut. Walaupun posisinya sekarang adalah posisi terbawah dalam karir, sedangkan mimpi anda adalah posisi tertinggi. Sekali lagi saya katakan itu bukan hal yang mustahil, walaupun juga bukan hal yang mudah.
Untuk memotivasi anda untuk mencapai mimpi tersebut ajukan pertanyaan, apakah Sekjen yang sekarang pernah menjadi staf juga?. Tentu jawabannya adalah iya, beliau juga pernah menjadi staf yang secara bertahap naik jabatan sehingga mencapai posisi Sekretaris Jenderal. Kalau kondisinya demikian mimpi anda bukanlah suatu hal yang mustahil, tetapi sesuatu yang rasional yang dapat diwujudkan.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah pemetaan tahapan jabatan dari staf sampai menjadi Sekjen. Terdapat lebih kurang 5 tingkat jabatan yang harus dilalui dari posisi staf sekarang menjadi sekretaris jenderal di suatu kementerian. Mulai dari eselon IVa, IIIa, IIa, Ib dan Ia. Kemudian pemetaan lainnya adalah masalah pangkat harus sudah golongan IVd, diklat kepemimpinan dan lain sebagainya yang melekat yang dijadikan persyaratan untuk menjadi eselon Ia (sekjen). Sekali lagi saya pertegas, itu bisa diraih, bisa direncanakan, semua tergantung kepada impian anda.
Jika sekarang golongan IIIa, Dengan kenaikan pangkat regular sekali 4 tahun, maka 28 tahun kedepan golongannya sudah IVd dengan catatan semua persyaratan terpenuhi. Angka tersebut belum termasuk kenaikan pangkat dipercepat seperti pangkat pilihan dan lain sebagainya. Maka pada usia 56 tahun anda sudah memenuhi salah satu persyaratan yang terlihat sedikit mustahil tadi untuk menduduki jabatan eselon Ia.
Kemudian dalam Jangka waktu 28 tahun tersebut anda harus mendapatkan 5 kali promosi. Artinya target waktu promosi rata-rata adalah 28 bagi 5 yakni sekali 5 tahun sampai dengan 6 tahun sekali. Apakah angka 5 tahun sampai dengan 6 tahun adalah waktu yang terlalu cepat atau mustahil untuk promosi?. Tentu saja jawabnya tidak. Dengan demikian anda harus membuat suatu rencana tahapan kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan.
Disaat menjadi staf, konsentrasi pada tujuan antara yakni di promosikan dalam jabatan eselon IVa. Tidak usah memikirkan eselon III, II atau bahkan eselon I. Dan disaat anda sudah menduduki jabatan eselon IVa, maka tujuan dan target anda berikutnya adalah eselon IIIa. Dan begitu seterusnya sampai memperoleh impian anda.
Dengan kondisi sebagaimana cerita diatas, apakah impian untuk menjadi Sekretaris Jenderal merupakan hal yang mustahil?, atau bermimpi terlalu tinggi?. Tentu saja jawabannya tidak. Tetapi yang pasti perlu perencanaan, kerja keras, fokus, komitmen yang kuat untuk mencapai impian tersebut.
Demikian juga untuk karir lainnya. Bermimpilah setinggi langit sesuai dengan apa yang disampaikan oleh bung karno. Rasionalkan tujuan anda, buat tahapan-tahapan. Jadikan tahapan sebagai tujuan Antara. Capai setiap tujuan antara dengan baik. Jangan ragu untuk meraih mimpi. Jika sudah demikian maka sukses hanyalah masalah waktu.
- Kembangkan imajinasi untuk berbuat lebih/meningkatkan
Mimpi merupakan langkah awal untuk sukses. Dari mimpi kita bangun imajinasi-imajinasi ataupun khayalan tentang suatu hal untuk diwujudkan dalam dunia nyata. Imajinasi yang dibangun juga bergantung dengan apa yang dilihat dan dirasakan. Oleh karena itu jika wawasannya sempit , maka imajinasinya juga terbatas. Begitu juga sebaliknya jika wawasannya luas banyak hal yang dapat di imajinasikan.
Jika kita melihat film star trek, sebuah film dari Amerika yang mengembangkan imajinasinya dengan kehidupan dunia angkasa luar. Padahal saya yakin sutradaranya belum pernah ke angkasa luar sama sekali, tetapi kenapa dia mampu membuat film yang menggambarkan kehidupan awak pesawat diangkasa luar dengan segala marabahaya yang mereka hadapi?. Jawabannya adalah karena dia punya imajinasi.
Dari mana sumber imajinasi sutradaranya?. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan imajinasi misalnyanya dengan membaca, menonton film, pengalaman orang lain, berfantasi dan lain sebagainya.
Membaca membantu kita untuk mengetahui yang belum kita ketahui. Dengan pengetahuan yang baru tersebut dapat menuntun kita untuk mengembangkan imajinasi-imajinasi yang ada dalam kepala kita. Semakin banyak kita membaca buku dengan topic yang sama, maka akan semakin banyak hal yang bisa kita kembangkan dari buku tersebut. Berdasarkan buku yang dibaca dikembangkan melalui fantasi-fantasi, maka membangun imajinasi kita tentang suatu hal. Jika dikaikan dengan kesuksesan, maka imajinasi-majinasi yang dibangun terkait dengan kesuksesan. Misalnya setelah kaya ingin keliling eropa. Setelah kaya mau membangun panti asuhan dan lain sebagainya.
Makna imajinasi dengan mimpi sebenarnya masih sangat berdekatan. Kalau mimpi merupakan khalayan atau lebih kepada berandai-andai, tetapi imajinasi sudah melibatkan daya pikir dalam khayalan tersebut sehingga lebih memudahkan untuk merasionalkannya dan menuangkan dalam bentuk rencana pencapainnya.
Film yang ditonton juga mampu memberikan prespektif yang baru. Kita akhirnya membangun imajinasi sejalan dengan cerita dalam film tersebut. Ada keingingan menjadi salah satu pemeran seperti dalam film tersebut dan lain sebagainya. Selain film, best practice seseorang juga sangat baik untuk mengembangkan imajinasi. Keberhasilan yang diperoleh orang lain mendorong kita untuk berimajinasi untuk mewujudkannya dalam keberhasilan kita juga.
Oleh karena itu membangun imajinasi-imajinasi juga dapat menjadi pengantar awal untuk menjadi seorang yang sukses. Tinggal kita mau melihatnya dari sisi positif atau sisi negative. Imajinasikan hal hal yang positif dan buang jauh-jauh yang negative. Dari imajinasi tersebut coba tuangkan dalam kerangka pemikiran yang lebih logis dan yakinkan diri apakah hal tersebut dapat direalisasikan atau tidak. Kalau dapat rumuskan dalam bentuk tujuan dan dilanjutkan dengan rencana pencapainnnya.
- Pendidikan formal dan Non formal untuk meningkatkan kapasitas dan peluang
Untuk membuat suatu perencanaan yang baik tentunya diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang substansinya. Pemahaman tersebut dituangkan dalam bentuk rencana-rencana kerja yang akan dilaksanakan nantinya. Seandainya kita tidak memahami substansinya dengan baik maka kita akan mengalami kesulitan dalam penyusunan rencana kerja yang baik.
Pemahaman terhadap substansi didapatkan melalui belajar, baik melalui pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Oleh karena itu untuk sukses kita selalu berusaha untuk meningkatkan kapasitas diri sehingga kita mampu membuat perencanaan yang baik, mempunyai kapasitas yang baik untuk menyelesaikannya.
- Komitmen dengan rencana yang sudah disusun atau fleksibel
Mengapa dalam pembahasan rencana untuk sukses perlu dipertegas dengan membangun komitmen diri. Ketahuilah bahwa komitmen merupakan salah satu faktor kunci penting dalam mencapai sukses. Tanpa komitmen diri yang kuat, rasanya akan sulit bagi kita untuk mencapai sukses.
Komitmen berbeda dengan fokus. Fokus merupakan salah satu faktor penting untuk meraih kesuksesan. Tetapi pentingnya fokus dalam mencapai tujuan sebagian besar sudah memahami dan menyadarinya, walaupun terkadang dalam pelaksanaannya juga terlupakan. Fokus lebih kepada melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tidak terpengaruh oleh hal-hal lain yang tidak sejalan dengan tujuan. Selalu berusaha mengabaikan godaan-godaan yang muncul untuk keluar dari tujuan. Misalnya keinginan penulis untuk menyelesaikan sebuah buku novel dengan tema percintaan anak remaja. Kemudian kita menyusun rencana kerja untuk menyusun buku tersebut, mulai dari membuat tema, menyusun hotline, mencari sumber dan lain sebagainya dengan target waku penyelesaian selama 6 bulan.
Hari-hari kita sibuk melaksanakan aktivitas penyusunan buku tersebut. Terkadang mampir di café untuk menyelesaikannya. Saat duduk dicafe terlihat cafenya rame. Hampir semua meja penuh terisi. Timbullah pemikiran, sepertinya kalau kita buka café juga bakal bisa sukses. Tergodalah pikiran kita untuk membuka café, pikiran ini semakin lama semakin menguat. Akibatnya penyusunan buku tentang percintaan remaja yang sudah direncanakan dengan baik menjadi terkendala. Penyebabnya adalah fokus kita sudah terbagi dua antara menyelesaikan novel dan membuat café. Jika kita tidak mampu mengatur waktu dengan baik maka dengan sendirinya penyusunan buku akan menjadi terlambat, atau bahkan tidak selesai sama sekali.
Sedangkan komitmen adalah kesepakatan dengan diri sendiri ataupun dengan pihak lain untuk mengerjakan suatu kegiatan yang sudah ditetapkan sampai selesai. Misalnya kita ambil contoh diatas. Disaat tergoda untuk membuka café disaat sedang menyelesaikan penyusunan buku novel percintaan remaja, maka yang harus dilakukan adalah kembalikan niat kepada tujuan awal. Tujuan awal adalah untuk menyelesaikan penyusunan penulisan novel. Maka penyusunan novel adalah prioritas nomor satu.
Disisi lain muncul keinginan untuk membuka café. Keinginan untuk membuka café itu sah-sah saja dan tentunya bukan suatu kesalahan. Bisa saja kedua dijalankan sekaligus dengan catatan tidak mengganggu penyusunan novel. Seandainya kegiatan membuka café baru menggaggu proses penyusunan novel dan dapat berdampak mengganggu proses penyusunuan novel seperti tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu, maka café harus “dikalahkan” terlebih dahulu. Kembalikan ke komitmen awal bahwa kita akan menyelesaikan pembuatan novel, apapun kendalanya.
Masalah komitmen ini sering terabaikan karena banyak hal, misalnya dalam pelaksanaan kegiatan banyak menemukan hambatan-hambatan sehingga menjadi tidak bersemangat untuk mengerjakannya lagi. Godaan-godaan lain yang lebih mengiurkan dan lain sebagainya.
Pada intinya komitmen diri untuk menyelesaikan apa yang sudah direncanakan dengan baik, apapun hambatannya, apapun gangguannya tidak menghalangi semangat kita untuk mengerjakan sampai selesai. Jika komitmen ini mampu dibangun dengan baik, maka kita akan mengerahkan segala potensi yang dimiliki untuk meyelesaikan kegiatan ataupun rencana-rencana yang sudah disusun sebelumnya sampai dengan selesai. Kalau komitmen seperti ini sudah terpatri dalam diri kita maka sukses hanyalah masalah waktu yang akan segera datang menghampiri.
- Cintai Pekerjaan/sesuai passion
Salah satu kunci sukses lainnya dalah mencintai pekerjaan. Apapun pekerjaannya, apapun profesinya kita harus mencintainya. Dengan mencintainya maka kita akan mengeluarkan energy-energi positif yang sangat bermanfaat untuk pencapaian tujuan. Dengan sendirinya kita akan memberikan yang terbaik yang kita punya untuk menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab kita. Dengan mencintai pekerjaan, maka kita akan berusaha memahami pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya, sampai bagian terkecil dari pekerjaan itu sendiri akan dipahami dengan baik. Tidak ada bagian yang kita tidak tahu.
Mencintai pekerjaan dapat diibaratkan dengan seorang ibu yang mencintai anaknya. Sang ibu akan sangat memahami bagaimana cara menghadapi anaknya. Apa yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Walaupun anaknya tidak patuh ataupun nakal, sang ibu tetap saja akan memberikan yang terbaik yang dia punya. Bahkan hebatnya seorang ibu, pada saat anaknya sakit, dia akan merawat anaknya dengan sebaik mungkin. Bahkan rela tidak tidur bergadang sampai pagi. Misalnya pada saat anak “mungilnya” dalam keadaan demam tinggi. Sang ibu akan rela tidak tidur sampai pagi demi menjaga suhu tubuh anaknya agar tidak naik. Kenapa ini bisa dilakukan?. Jawabannya sangat sederhana, karena sang ibu mencintai anaknya dengan sepenuh jiwa raganya.
Mencintai pekerjaan mempunyai kekuatan “magic” yang mampu menghantarkan anda kepintu sukses. Oleh karena itu mulai sekarang berusahalah sekeras yang kamu mampu, cintai pekerjaanmu seperti mencintai dirimu sendiri. Berikan yang terbaik untuk pekerjaanmu sesuai dengan kapasitas yang kamu miliki. Jika hal tersebut sudah dapat diwujudkan dengan baik. Maka kesuksesan hanyalah masalah waktu yang akan segera menghampirimu.
Dalam Buku : Sukses dengan Caramu (Penulis : Dr. Sri Sundari, SH. MM. CGCAE)