Bab 2. Berani Jujur Itu Hebat

Tiga Tingkat  Kejujuran

Sebelumnya kita sudah bahas tentang kejujuran secara umum. Kalau kita ingin memahami makna kejujuran lebih dalam lagi, kita perlu memahami apasih pengertian jujur itu. Jujur adalah kesesuaian antara kenyataan dengan yang disampaikan. Apa yang menjadi faktanya, itulah yang diceritakan. Atau orang sering mengistilahkan sesuai antara perbuatan dengan kenyataan. Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat melihat tingkat kejujuran yakni tingkat pertama “Terlihat Jujur/beropini Jujur”, Tingkat Kedua “Jujur Bersama” dan tingkat ketiga “Jujur yang sesungguhnya

Tingkat pertama, Terlihat jujur adalah fenomena yang sering muncul sekarang ini. Dalam hal ini yang terpenting adalah orang tersebut kelihatan seperti orang yang jujur. Jujur dalam bertutur-kata, jujur dalam berperilaku, jujur dalam bekerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu supaya terlihat jujur maka diperlihatkan opini-opini seolah-olah terbukti bahwa anda telah berperilaku jujur. Misalnya untuk terlihat bekerja maka anda akan berphoto seolah-olah lagi sedang bekerja, kemudian publish melalui media social atau media lainnya, atau mungkin dikirimkan langsung kepada pimpinan. Dengan adanya photo tersebut maka anda akan terlihat betul-betul memang sedang bekerja. Padahal sesungguhnya anda tidak sedang bekerja. Kemudian contoh lainnya, supaya dipercaya pasangan saat berpergian, maka disaat  bertemu dengan orang-orang yang dipercaya, maka anda melakukan video call. Dengan adanya video call tersebut dijadikan alibi atau bukti supaya terlihat bahwa seoalah-olah memang sedang bekerja atau berpergian dengan bersangkutan, padahal fakta sesungguhnya latar lainnya disembunyikan sehingga tidak terlihat sama sekali fakta yang sebenarnya. Jadi terlihat jujur ini sama juga dengan upaya untuk beropini agar terlihat berperilaku seperti jujur.

Tinggkat kedua adalah Jujur bersama. Pada tingkat ini kejujuran ini dilakukan secara bersamaan. Kalau saya jujur, kamu harus jujur juga atau sebaliknya. Kalau kamu jujur saya juga akan jujur. Atau jika saya sudah jujur kamu juga harus jujur kepada saya. Kejujuran seperti ini biasanya terjadi dalam persahabatan. Mereka akan saling jujur satu sama lainnya. Dan ini menjadi komitmen dalam persahabatan mereka. Atau mungkin juga saling jujur satu sama lain dengan rekan kerja, jika salah satu rekan kerja jujur, maka yang lainnya jujur. Tetapi jika ada yang sudah tidak jujur, maka yang lain berusaha untuk menutup-nutupi sehingga berusaha untuk tidak jujur juga. Jadi dalam kejujuran ini masih ada syarat yang harus dipenuhi, yakni jika saya jujur, kamu juga harus jujur. Kalau kamu tidak jujur maka saya juga tidak akan jujur.

Tingkat Ketiga, Jujur yang sesungguhnya. Pada tingkat terakhir ini lah yang sesungguhnya diartikan sebagai kejujuran. Disaat orang berbuat jujur karena semata-mata karena niatnya ingin berbuat jujur tanpa harus dilihat atau diawasi oleh siapapun. Berbuat jujur bukan sebagai imbal-balik karena orang lain juga berbuat jujur. Jujur semata-mata karena mengharapkan redho dari Allah SWT. Misalnya. Anak sekolah yang sedang ujian. Menjawab ujian sesuai dengan kemampuannya tanpa harus mencontek ataupun berlaku curang lainnya supaya nilainya bagus. Dia lebih mengedepankan hasil yang didapatkan, berapapun nilainya. yang terpenting hasil tersebut diperoleh dari hasil jerih payahnya belajar tanpa sedikitkpun melakukan kecurangan-kecurangan.

Atau mungkin juga para pejabat yang bekerja dengan melakukan gimic (berpura-pura seolah-olah), mangakui pekerjaan anak buah sebagai hasil karyanya kepada pimpinan. Sehingga pimpinan tahunya pekerjaan tersebut adalah dia yang mengerjakan, padahal sesungguhnya bukan.

Jadi dengan demikian jujur yang sesungguhnya berasal dari dalam dirinya sendiri, dilihat ataupun tidak dilihat oleh orang lain, dipublikasikan ataupun tidak dipublikasikan, sebagai persyaratan ataupun tidak maka anda akan berperilaku apa adanya, berkata sesuai dengan fakta dan data yang ada tanpa mengurang-ngurangi atau menambah-nambahkan atau dengan kata lain selalu berbuat jujur.

Bagaimana cara membangun sikap jujur?

Untuk bersikap jujur, sebenarnya mudah-mudah sulit, kenapa saya katakan mudah-mudah sulit? Karena kita akan mampu selalu untuk jujur jika tidak dimulai dengan suatu kebohongan. Karena banyak kasus terjadinya kebohongan-kebohongan karena untuk menutupi kebohongan-kebohongan sebelumnya. Oleh karena itu kita dituntut untuk selalu jujur dari awal, sehingga nantinya tidak menghadapi suatu situasi dilematis yang menuntut kita untuk mempertahankan situasi bohong tersebut.

Bagaimana cara membangun kejujuran?. Berikut ini dijelaskan cara membangun kejujuran antara lain: 

  1. Selalu jujur kepada diri sendiri
  2. Mengantisipasi  atau  mencegah memposisikan diri dalam rasa bersalah
  3. Memandang kebawah, tidak suka membandingkan diri dengan orang lain
  4. Bangun budaya jujuran
  5. Bangun keyakinan bahwa anda akan selalu jujur

Untuk lebih jelasnya cara-cara membangun kejujuran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Selalu jujur kepada diri sendiri

Jujur kepada diri sendiri ini dapat diartikan sebagai upaya diri untuk memahami kondisi diri dan menerima dengan tangan terbuka kondisi tersebut tanpa ada sesuatu yang harus dikamuflasekan. Banyak contoh terkait dengan ini, misalnya, kalau pekerjaan tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dan kerjasama teman-teman lainnya, maka akuilah didepan pimpinan bahwa pekerjaan tersebut berhasil dengan baik berkat suppor yang diberikan oleh teman-teman. Tidak boleh mengakui itu hasil pekerjaan tersebut sebagai hasil kerja keras kita sendiri. Jika pengakuan ini tidak dilakukan dengan jujur maka anda akan kehilangan kepercayaan dan penghormatandari teman-teman anda. Pada masa yang akan datang mereka tidak akan ikhlas lagi mensuppor kegiatan anda. Dan yang lebih parahnya jika kebohongan ini sampai kepada pimpinan maka kedepan pimpinan akan meragukan kejujuran anda. Dampak terbearnyanya adalah anda bukan lagi menjadi orang yang dapat dihandalkan atau dipercaya lagi baik oleh pimpinan ataupun rekan kerja.

Banyak lagi contoh-contoh lainnya, misalnya jujur dengan kemampuan diri, kalau tidak sanggup jangan bilang sanggup sehingga anda akan mengalami permasalahan dalam pelaksanaannya. Kalau keuangan anda baru cukup untuk membeli motor, jangan paksakan untuk membeli mobil. Dan masih banyak contoh lainnya. Intinya adalah tanyakan kepada diri sendiri, apakah hal tersebut sesuai dengan kemampuan anda atau bukan. Apakah kondisi tersebut adalah kebutuhan anda atau bukan.

  • Mengantisipasi  atau  mencegah memposisikan diri dalam rasa bersalah

Salah satu sumber berlaku tidak jujur (berbohong) adalah masalah. Disaat mengalami suatu masalah anda akan tergoda untuk menutupinya dengan berbohong. Disitulah kejujuran mulai hanya menjadi kiasan belaka. Berlaku seolah-olah jujur padahal sedang memainkan “dunia panggung sandiwara”.

Setiap orang pasti tidak akan bisa melepaskan diri dari masalah. Kita semua akan mengalaminya. Yang perlu dilakukan adalah menghadapi permasalahan tersebut, kalau masalah yang dihadapi cukup komplek maka uraikan  masalah tersebut satu persatu, selesaikan satu persatu sehingga secara bertahap satu persatu permasalahan yang ada mendapakan solusinya dan pada akhirnya semua permasalahan mendapatkan solusi yang terbaik. Jangan biasakan menghindari masalah, kalau terbiasa menghindarkan diri dari masalah maka anda akan memulai episode baru dalam drama kehidupan, yakni akan memulai kebohongan demi kebohongan yang akan anda perankan dalam “dunia panggung sandiwara”.

Intinya adalah hadapi masalah yang anda hadapi dan selesaikan. Serumit apapun masalah yang dihadapi tentu tetap ada solusinya. Karena yakinlah bahwa setiap masalah yang dihadapi sudah disiapkan solusinya. Mungkin solusinya bisa cepat, bisa juga lambat. Dengan demikian anda tidak perlu lagi bersembunyi dari suatu permasalahan sehingga akhirnya anda mampu menghindar dari kebohongan demi kebohongan. Tegasnya, anda tidak punya alasan lagi untuk berbohong.

  • Memandang ke bawah, tidak suka membandingkan diri dengan orang lain

Banyak orang sulit memalingkan dari kehidupan orang lain, khususnya bagi kehidupan orang yang terlihat lebih sukses dari kita. Terlihat seolah-olah kehidupannya jauh lebih indah dari kehidupan kita. Atau bak kata pepatah “rumput tetangga terlihat lebih hijau dari pada rumput sendiri”. Semestinya dalam kehidupan dunia kita diajarkan untuk melihat kebawah, dan kehidupan akhirat melihat keatas. Artinya untuk urusan-urusan duniawi kita tidak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain apabila kita tidak mampu mengontrol hawanafsu. Misalnya melihat tetangga sebelah baru saja membeli mobil baru yang lebih bagus dari mobil kita. Agar terlihat sama, kemudian kita memaksakan diri juga untuk membeli mobil baru yang sama jenisnya atau bahkan yang lebih bagus dan lebih mahal lagi. Sementara kondisi keuangan kita tidak sebaik kondisi keuangan mereka. Mungkin saja kondisi keuangan kita sedang terpuruk. Akibatnya untuk menutupi kekurangan tersebut maka kita memaksakan untuk membelinya hanya demi gengsi.  Akhirnya kita terlilit masalah akibat tidak jujur kepada diri sendiri.

  • Bangun budaya jujur

Sifat jujur dapat dibentuk, khususnya sejak masih masa kanak-kanak. Peran keluarga, sekolah dan lingkungan bermain sangat memberi pengaruh terhadap karakter anak khususnya terkait dengan masalah kejujuran. Orang tua, Guru dan pihak lainnya dapat berperan sebagai Ing Ngarso Sun Tulodo, memberikan teladan kepada anak-anak untuk selelau berperilaku jujur kapanpun dan dimanapun. Yang perlu kita ingat bahwa secara psikologis biasanya anak menjadikan orang tua sebagai tauladannya. Anak-anak senang bersikap dan berperilaku seperti kedua orang tuanya. Jika sebagai orang tua anda rajin kemasjid, maka anak-anak juga akan ikutan rajin kemasjid. Demikian juga sebaliknya, jika sebagai orang tua anda malas ke masjid, jangan terlalu berharap anak-anak anda mau sholat berjamaan kemasjid.

Dalam case lain makanya sangat tidak dianjurkan orang tua merokok didepan putra-putrinya, karena diyakini besar kemungkinan perilaku tersebut akan ditiru oleh para putra-putrinya. Selain tentunya bisa berdampak kepada kesehatan yang bersangkutan dan anak-anak sebagai “perokok” pasif.

Demikian juga halnya, jika kita selalu memperlihatkan sikap jujur dan selalu menghindari perkataan bohong, maka tentunya hal tersebut juga akan penjadi panutan bagi anak-anak. Memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa mereka juga harus berperilaku jujur dan menghindari untuk berkata bohong.  Setiap ada indikasi anak akan berbohong maka selalu diingatkan bahwa kita tidak boleh berbohong. Dan jangan ragu untuk memberikan sangsi kalau mereka sudah terlanjut berbohong. Sangsi diberkan dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa bohong adalah sesuaut yang salah. Selain tidak baik berbohong juga dosa. Jadi apapun kondisinya ajarkan anak untuk selalu jujur dengan segala resiko yang akan diterimanya. Terima resiko sebagai bentuk responsibility. Jika mereka sudah berani jujur maka kita juga perlu memberikan apresiasi sebagai bentuk penghargaan atas kejujurannya. Walaupun apresiasi tersebut tidak boleh menggugurkan sangsi atas pelanggaran yang telah dilakukan sebagai bentuk koreksi atas kelasahan yang sudah terjadi.

Selalu ciptakan situasi yang menuntut semua pihak yang ada untuk berperilaku jujur, jadikan kebohongan sebagai momok dan musuh bersama. Setiap yang berbohong berikan sangsi yang tegas dan begitu juga sebaliknya jangan lupa memberi apresiasi kepada mereka yang sudah berperilaku jujur dengan membangun komitmen tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Dengan cara seperti ini diyakini akan terbangun budaya jujur baik dilingkungan keluarga atau lingkungan kerja.

  • Bangun keyakinan bahwa anda akan selalu jujur

Di saat bangun tidur yakin kepada diri anda, bahwa hari ini akan bersikap jujur, berkata jujur apapun yang terjadi tidak akan berbohong sama sekali. Akan menghadapi segala resiko yang timbul akibat kejujuran yang diperjuangkan. Sebelum meninggalkan rumah untuk beraktivitas kembali lakukan self reminder, mengingat diri atas keharusan bersikap jujur.  Sesampai di kantor kembali untuk melakukan self reminder. Pola self reminder ini selalu dilakukan dalam semua aktivitas. Jika hal ini dilakukan selama 10 hari secara berturut-turut, tanpa disadari alam bawah sadar akan membangun suatu kesadaran untuk tidak melakukan kebohongan dan akan selalu berperilaku dan berkata jujur.

Jika keyakinan terbangun di alam bawah sadar maka, secara otomatis hal tersebut akan muncul sebagai pengingat disaat anda tergoda untuk berkata bohong. Dengan demikian setiap akan berbohong sudah ada alarm pengingat sehingga kita tersadar untuk tidak berbohong dan selalu berperilaku jujur, seperti alarm yang selalu mengingatkan anda untuk terbangun di pagi hari.

Dalam Buku : Sukses dengan Caramu (Penulis : Dr. Sri Sundari, SH. MM. CGCAE)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"