Bab 3. Sukses Itu Jika Mampu Merubah Masalah Jadi Peluang (Part 1)

Jangan biarkan masalah menggurita

Selagi masih bisa bernafas, selagi nadi masih berdenyut, maka tidak ada manusia dimuka bumi ini yang tidak akan “bersentuhan” dengan masalah. Masalah selalu ada dimana-mana. Walaupun kita tinggal di rumah laksana istana raja, dengan pengawalan yang sangat ketat. Dengan kepiawaiannya, masalah akan selalu sanggup bertamu mengunjungi kita. Artinya tidak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang tidak pernah bersentuhan dengan masalah. 

Jangan biasakan menghindar dari masalah. Kalau mereka datang, hampiri, dekati, pahami sehingga kita mampu mengidentifikasinya dengan baik. Dengan demikian maka bisa dicarikan solusi terbaik.

Terkadang kita beranggapan, jika masalah datang, diamkan saja. Dengan harapan jika didiamkan, maka nantinya akan selesai dengan sendirinya. Benarkah demikian?. Mungkin untuk kasus-kasus tertentu bias juga benar, tetapi ketahuilah sesungguhnya dengan mendiamkan masalah maka kita telah membiarkan masalah itu berkembang. Laksana penyakit kangker menjalar kesana kemari dan akan menghasilkan daya rusak yang lebih dasyat lagi.

Memang diyakini ada beberapa masalah kalau didiamkan akan selesai dengan sendirinya. Tetapi jumlahnya sangat sedikit sekali. Misalnya kalau dirumah kita sering melihat anak-anak ribut, bahkan sampai berantem dan akhirnya salah satu menangis atau bahkan mungkin dua-duanya menangis. Untuk kasus seperti ini terkadang orang tua akan bilang, biarkanlah nanti juga akan baikan, nanti juga akan main lagi. Biarkan mereka mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi dengan cara mereka. Keputusan tersebut diambil oleh orang tuanya karena peristiwa ini bukanlah kali pertama, tapi terjadi secara repetitif (berulang-ulang). Orang tua sudah sangat paham ending dari masalah seperti ini. Orang tua sudah sangat hapal bahwa nantinya mereka juga akan baikan dan akan bermain bersama kembali.

Dalam kontek ini yang perlu disoroti adalah dampak permasalahannya, kalau dibiarkan masalah tersebut tidak akan meluas. Kalau kondisinya seperti ini maka orang tua masih bisa membiarkannya. Tetapi disaat ributnya semakin membesar dan tidak terkendali maka orang tua tetap harus mengambil peran untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.

Didalam berbagai kasus, jika suatu permasalahan dibiarkan begitu saja dan berharap akan selesai dengan sendirinya. Ternyata dampaknya malah sebaliknya, permasalahan tersebut terus membesar, menggurita menjalar kemana-kemana sehingga mampu menghasilkan daya hancur yang lebih besar.

Misalnya seorang supir yang baru saja mengganti ban mobilnya karena membiarkan ban mobilnya kurang angin. Supir beranggapan dengan kondisi ban seperti ini, mobil tersebut masih sanggup untuk mengantarkan rombongan ke tempat tujuan. Rencananya nanti setelah sampai ditujuan, disaat rombongan melaksanakan aktivitas baru anginnya ditambah. Sesampainya ditempat tujuan sang supir mencari bengkel yang terdekat, ternyata dia tidak menemukannya sementara kondisi ban sudah semakin kritis dan akhirnya tidak bisa dipergunakan lagi. Dan celakanya ban serapnya juga belum ditambal karena dia berpikir nanti sekalian ditambal saat tambah angin., alhasil perjalanan harus tertunda karena supir harus berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kemudian contoh kasus lain, Misalnya seorang manajer sedang sakit gigi.  Sama dengan kebiasaan beberapa orang lainnya yaitu malas untuk berobat kedokter. Berusaha melakukan pembenaran-pembenaran supaya tidak pergi ke dokter. Misalnya mengatakan masih bisa ditahan, atau nanti hilang dengan sendirinya. Pembenaran-pembenaran seperti ini lama-lama menjadi kebiasaan. Disaat harus melakukan pertemuan penting, ternyata sakit giginya kambuh, dan akhirnya harus izin meninggalkan ruangan pertemuan. Akhirnya yang bersangkutan kehilangan momen-momen penting pada saat pelaksanaan pertemuan tersebut.

Dari dua contoh kasus yang disampaikan diatas, Pertama ban mobil yang kurang angin dibiarkan dan menimbulkan masalah yang lebih besar dibelakangnya yakni rombongan tertunda untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya. Kemudian untuk kasus sakit gigi. Membiarkan sakit gigi dan akhirnya harus keluar dari ruangan pertemuan dengan resiko tidak bisa mengikuti pertemuan penting tersebut secara utuh.

Pola dari kedua kasus itu sama, masalah kecil kemudian dibiarkan dan akhirnya menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Pola tersebut kalau digambarkan seperti  berikut ;

Masalah
Timbul Masalah lebih besar
Menyebar ke mana-mana
Diabaikan

Contoh kasus:

Sakit gigi
Tidak dapat informasiTidak mendapat kesempatan Gagal mendapatkan proyek dll
Tidak bisa ikut meeting
Diabaikan

Ilustrasi gambar : Pengabaian masalah  (diperbaiki)

Selagi nafas masih dikandung badan, maka masalah itu akan selalu ada. Laksana udara, bisa masuk dari mana aja dan kapan saja tanpa harus memberi tahu atau memberi tanda-tanda. Terkadang kita tidak pernah bisa memprediksi akan timbul suatu masalah. Kita sudah persiapkan sebaik mungkin tetapi, tetapi dia datang juga dan  tidak bisa dihindari. Itulah yang namanya hidup, tidak akan pernah terlepas dari masalah.

Apa sih  sesungguhnya yang dimaksud dengan masalah? Jawabannya sangat sederhana. Yakni perbedaan harapan dengan kenyataan. Perbedaan tujuan dengan yang dicapai. Misalnya seorang pegawai berharap diangkat dalam suatu jabatan, tetapi ternyata disaat mau pelantikan ternyata namanya tidak ada dalam list nama yang akan dilantik. Itu masalah bagi sang pegawai dan belum tentu masalah bagi organisasi. Contoh lain misalnya seorang marketing ditugaskan untuk menjual 30  buah produk mereka selama 1 bulan. Ternyata yang terjual hanya 17 produk saja. Maka hal tersebut menjadi masalah bagi marketing dan masalah juga bagi perusahaan.

Dalam kasus lain misalnya. Bagi seorang pegawai yang mempunyai 1 orang istri yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan 4 orang anak yang belum punya rumah sendiri (masih ngontrak), penghasilan 5 juta rupiah perbulan tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Makanya ini menjadi masalah bagi pegawai tersebut. Kemudian pegawai lainnya  dengan 1 orang istri yang juga bekerja dengan 1 orang anak dan sudah punya rumah sendiri dengan penghasilan 5 juta rupian perbulan. Ternyata penghasilan 5 juta rupiah mampu mencukupi kebutuhan keluarga ini. Maka bagi mereka penghasilan 5 juta rupiah bukanlah suatu masalah yang besar, sementara untuk keluarga pegawai yang satunya penghasilan 5 juta merupakan suatu masalah yang harus segera dicarikan solusinya.

Dari beberapa contoh kasus diatas maka banyak dimensi yang bisa kita perhatikan yang melekat dalam suatu masalah.

  1. Perspektif orang/organisasi
  2. Standar yang jadi acuan
  3. Posisi
  4. Substansi
  5. pengetahuan
  6. Siuasional dll

Dalam kesempatan ini kita tidak memperdalam tentang dimensi-dimensi yang melekat dalam masalah tersebut tetapi cukup sebagai pengetahuan saja.

Yang jelas dan tidak bisa dipungkiri seperti sudah disampaikan sebelumnya bahwa setiap orang pasti memiliki masalah. Masalahnya tentu saja belum tentu sama. Mungkin saja orang yang berbeda akan menghadapi permasalahan yang berbeda juga dan cara penyelesaian yang berbeda juga. Yang menjadi penekanannya adalah disaat dilanda masalah sebaiknya jangan menghindar, jangan menunda-nunda untuk mengatasinya. Berusahalah untuk mendekati dan memahami sehingga mendapatkan solusi terbaik atas permasalahan tersebut.

Apa saja yang dapat menimbulkan masalah?. Tentu banyak sekali yang menjadi penyebab dari munculnya suatu masalah misalnya

  • cara berkomunikiasi,
  • salah persepsi,
  • cara pandang,
  • tidak menyimak dengan baik,
  • keterbatasan informasi,
  • lingkungan yang tidak kondusif,
  • latar belakang budaya dan lain sebagainya.

Banyak hal yang dapat menimbulkan masalah seperti yang telah disampaikan diatas. Hal tersebut menjelaskan bahwa untuk sukses kita akan dihadapkan dengan berbagai macam masalah, karena masalah itu ibarat udara, masalah ada dimana-mana, yang setiap saat dapat saja dia datang dan menghampiri kita. Oleh karena itu untuk mencapai titik yang bernama sukses, maka kita harus menyelesaikan segala masalah yang timbul, jangan pernah membiarkannya sehingga menggurita menjadi masalah yang lebih besar. Kalau masalah membesar tentunya akan  mengganggu proses pekerjaan. Dampaknya adalah tujuan tidak tercapai. Jika tujuan tidak tercapai maka sukses akan menjauh. Berdasarkan penjelasan diatas, jelas sekali kesimpulannya bahwa segera atasi dan selesaikan segala permasalahan yang dihadapi.

  • Menstransformasi masalah menadi peluang

Apakah yang terbayang dalam pikiran anda jika mendengarkan bahwa kita perlu mentransformasi masalah menajadi peluang?. Apakah itu suatu hal yang mustahil atau memungkinkan sebagai jalan menuju pintu sukses?

Mentransformasi masalah menjadi peluang tentunya tidak mudah. Bahkan sebahagian orang berfikir bahwa masalah merupakan suatu hambatan dan penghalang dalam mencapai tujuan. Padahal kita tidak menyadari bahwa masalah yang sedang dihadapi itu sesungguhnya adalah peluang. Dengan catatan kita mampu mengatasi permasalahan dengan baik. Disaat mampu mengatasinya maka bagi pimpinan akan mengaggap suatu kesuksesan.

Misal seorang pegawai yang ditugaskan untuk meningkatkan produktifitas penjualan yang selama ini hanya mampu menghasilkan penjualan 10 mobil dalam sebulan. Sedangkan rata-rata penjualan marketing lainnya adalah 8 mobil. Dan ini sebenarnya prestasinya lebih baik karena mampu menjual lebih banyak dibanding marketing lainnya.  Tiba-tiba pimpinan menyampaikan gagasan dan tantangan bagi bagian marketing ini untuk menjual 15 mobil perbulan. Karena pimpinan sangat menyadari masih sangat banyak calon pembeli potensial yang belum terjamah sama sekali.

Pada sebahagain pegawai muncul resistensi dalam pemikirannya. Untuk menjual 8 unit mobil saja butuh perjuangan ekstra, bagaimana mungkin sanggup untuk menjual 15 unit. Ngga masuk akal pikirnya membatin. Akhirnya mereka tidak antusias dengan gagasan tersebut. Sedangkan marketing yang mampu menjual 10 mobil menganggapnya hal ini sebagai tantangan sekaligus peluang untuk mendapatkan bonus yang lebih banyak. Akhirnya dia merespon keinginan pimpinan tersebut dengan cara meminta waktu untuk berpikir dan menyiapkan segala sesuatunyanya.

Dia berusaha memanfaatkan waktu yang diberikan oleh pimpinan untuk mencari tahu bagaimana cara meningkatkan penjualan sehingga mampu mencapai target penjualan tersebut.  Setelah mempelajarinya secara lebih spesifik, akhirnya dia punya kesimpulan untuk meningkatkan penjualan harus dibarengi dengan usaha yang lebih keras dan fasilitas yang lebih memadai. Tidak terkendala lagi dengan pulsa, mempunyai fasilitas komputer yang lebih canggih, mempunyai kendaraan operasional dan lain sebagainya. Kalau semua fasilitas tersebut didapatinya maka pergerakannya dalambekerja bisa lebih cepat dan lebih efesien. Memangkas jarak dan waktu sehingga mampu lebih banyak melakukan prospek-prospek kepada calon pembeli.

Kemudian dengan keyakinan penuh, dia menjumpai pimpinan dan mengatakan siap menerima tantangan tersebut dengan catatan ada perbaikan dalam beberapa hal. Selanjutnya dia meminta fasilitas bebas pulsa, komputer yang lebih bagus dan kendaraan operasional. Setelah mendengarkan penjelasan tersebut akhirnya pimpinan meyanggupi apa yang diminta asal mampu memenuhi target penjualan.

Singkat cerita dengan kerja kerasnya akhirnya dia mampu menjual 14 unit mobil, 1 unit dibawah target. Penjualan tidak mencapai target, tetapi terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Melihat kondisi tersebut maka pimpinan memberikan kesempatan kembali dengan fasilitas yang sama kepada yang bersangkutan untuk pencapaian yang sesuai yang disepakati, yakni 15 unit untuk bulan berikutnya.

Dalam Buku : Sukses dengan Caramu (Penulis : Dr. Sri Sundari, SH. MM. CGCAE)

"Dunia dan isinya adalah media pembelajar oleh karena itu jadilah pembelajar yang baik"