BAB 7 Peran Aktif Orang Tua
“Mungkin anda mampu memberi rumah mewah, mobil mewah, harta berlimpah dan lain sebagainya, tapi kamu tidak akan bisa membalas jasa Ayah Bundamu,”
Aktivitas orang tua bekerja mencari nafkah bagi keluarga telah menyita banyak waktu mereka. Hanya sebagian kecil yang dapat “diinfakkan” untuk berkumpul dengan keluarga. Apalagi kalau tinggal di kota besar seperti Jakarta, kemacetan benar-benar membuat kita harus betah berlama-lama di jalan. Untuk mengantisipasi kemacetan tersebut sebagian orang mengambil inisiatif berangkat lebih pagi dan pulang setelah maghrib.
Sehingga terdapat istilah berangkat belum ada matahari, pulang juga sudah tidak melihat matahari. Ditambah lagi kondisi di rumah disaat anaknya bertanya sesuatu yang agak serius kepada orang tua, jawabnya “ntar ya nak” sambil sibuk berselancar di media sosial. Semakin berkuranglah waktu yang didapatkan oleh anak untuk mendapatkan perhatian orang tua.
Sejatinya pada masa-masa SMA, anak-anak perlu mendapatkan perhatian dan pendampingan ekstra dari orang tua. Karena pada masa inilah si anak menentukan langkah besarnya yang sangat berpengaruh dengan karirnya pada masa yang akan datang.
Pemilihan jurusan menjadi hal yang sangat krusial. Karena ini adalah langkah awal untuk melakukan langkah langkah berikutnya dalam menjalani karir nantinya. Salah dalam memilih jurusan maka akan berdampak sangat tidak baik untuk karir. Pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat anak, sehingga mereka nyaman menjalani kuliah. Kenyamanan tersebut membuat anak bisa lebih fokus menjalaninya.
Untuk bisa lulus SMA dengan baik dan bisa kuliah di jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat, maka peran dan perhatian orang tua sangat penting untuk dapat mewujudkan hal tersebut.
Peran penting orang tua dalam mendampingi anak pada masa ini antara lain:
- Anak merasa tidak sendiri
- Orang tua sebagai pemberi semangat
- Memfasilitasi kebutuhan anak
- Tempat berdiskusi dan bertanya
- Membantu mengenali diri sendiri
- Melihat dan mengembangkan bakat anak
- Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
Untuk lebih jelasnya tentang peran orang tua dalam mendapingi anak khususnya bagi anak SMA yakni sebagai berikut:
1. Anak merasa tidak sendiri
Dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi, tidak jarang anak harus mengatasi sendiri permasalahan yang sedang dihadapi tersebut. Sering kita mendengar di saat anak berkata, “Pa, besok papa diminta guru datang kesekolah.” Kemudian “Ke sekolahnya nanti sama mama aja ya nak,” kata papanya, dengan alasan masih banyak kesibukan ataupun pekerjaan yang diselesaikan. Sementara di saat disampaikan ke mama, mama menjawab, “besok mama ada acara, jadi mama ngga bisa ke sekolah, nanti gurunya mama telpon ya nak,” jawab si mama.
Hal ini bukan mustahil terjadi di tengah kesibukan yang dihadapi oleh orang tua. Atau bisa jadi dalam berbagai hal orang tuanya tidak punya kesempatan untuk mendengarkan keluh kesah anak karena kesibukannya. Akibatnya anak harus menyelesaikan sendiri permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, baik permasalahan yang dihadapi dengan teman-teman di sekolah, dalam pergaulan sehari ataupun mungkin tentang perencanaan masa depannya nanti, misalnya harus melanjutkan kuliah ke mana dan lain sebagainya.
Dengan demikian anak terpaksa harus menyelesaikan permasalahannya sendiri akibat orang tua yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Dengan demikian anak akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan caranya sendiri, sesuai dengan kemampuannya sendiri. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, tentu akan beresiko bahwa keputusan yang dibuat akan jauh dari keputusan yang ideal. Oleh karena itu, mendampingi anak merupakan suatu keharusan.
Pendampingan yang dilakukan oleh orang tua membuat anak akan merasa nyaman. Akan membangkitkan rasa percaya diri. Di saat menghadapi permasalahan ada orang tua yang akan membantunya, ada orang tua yang akan melindunginya. Jangan pernah biarkan anak-anak merasa sendirian dalam menjalani hidupnya. Jangan biarkan mereka harus menyelesaikan sendiri permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Hakikinya tugas mereka adalah belajar, menimba ilmu untuk menyongsong masa depannya. Sebagai orang tua mari kita dampingi mereka, sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam menyongsong masa depannya.
2. Orang tua sebagai pemberi semangat
Semangat anak belajar, akan sangat berpengaruh kepada hasil yang diperoleh. Secara sederhananya dapat dikatakan semakin rajin anak belajar, maka akan semakin bagus hasil yang akan dicapainya. Demikian juga sebaliknya semakin rendah semangat belajar anak maka akan berdampak kepada tidak maksimalnya hasil yang akan diperoleh.
Oleh karena itu menjadi tugas orang tua untuk memberikan dan membangkitkan semangat belajar anak. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat belajar anak. Misalnya dengan memberikan reward and punishment. Ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan orang untuk membangkitkan semangat.
Jika anak sudah dapat menepati waktu belajar, berikan penghargaan misalnya dengan mengucapkan selamat atau memberikan pujian. Atau dapat juga dilakukan dengan memberikan hadiah. Reward juga dapat diberikan saat anak mempunyai prestasi seperti memperoleh nilai ujian yang bagus atau bahkan juara kelas. Berikan hadiah yang layak sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang telah diraihnya tersebut. Di saat anak melakukan kesalahan.
Sebaiknya juga diberikan sanksi yang sesuai. Sanksi yang mendidik sehingga berusaha untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Misalnya saat terlambat bangun sehingga tidak sholat subuh. Maka berikan sanksi tidak boleh mempergunakan HP selama satu hari. Kalau nilai raportnya rendah, di bawah rata-rata kelas, maka tidak dipebolehkan main game online selama satu bulan. Banyak lagi bentuk sanksi lainnya yang dapat diberikan sebagai konsekuensi atas kesalahan yang dilakukan.
Tentunya pemberian reward dan punishment dilaksanakan dengan semangat untuk memberikan motivasi kepada anak supaya bisa belajar lebih fokus sehingga memperoleh hasil yang lebih baik. Reward dan punishment adalah cara orang tua untuk melatih anak untuk bertanggung jawab dengan dirinya sebagai pelajar. Dan perlu ditanamkan dalam pemikiran anak, bahwa jika mereka belajar dengan baik, maka akan mendapatkan hadiah dan jika mereka lalai akan mendapatkan sanksi.