SriSundari – Persediaan hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing guna memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, dalam melaksanakan kurban pada hari raya Idul Adha 1445 Hijriah, dipastikan aman. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Fitriani Ilyas di Mukomuko, Kamis (2/5/2025).
“Untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban kita dari dalam, dapat dikatakan cukup, malah yang terjadi selama ini kita ekspor keluar,” ungkap Fitriani, seperti yang dilansir dalam AntaraBengkulu.
Lebih lanjut Fitriani juga memaparkan, sejumlah daerah tetangga seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kerinci (Jambi), dan lainnya banyak mengambil hewan kurban dari daerah ini, karena Mukomuko surplus hewan kurban.
Untuk itu, terkait persediaan hewan kurban di daerah ini, Fitriani memastikan tidak masalah karena populasi hewan ternak disini cukup besar.
“Jelas, selama ini yang terjadi bukan kita datangkan hewan kurban dari luar, peternak yang menjual hewan kurban keluar, dan pedagang luar membeli ke kita,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan pendataan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, persediaan hewan kurban yang tersebar di 15 kecamatan seperti sapi tersedia 6.032 ekor, kerbau 843 ekor, dan kambing 1.783 ekor. Sedangkan kebutuhan hewan kurban, yakni sapi 1.791 ekor, kerbau 281 ekor, kambing 593 ekor, dan domba 12 ekor.
Untuk estimasi harga hewan kurban dengan berat 70 kilogram hingga 140 kg diperkirakan sebesar Rp15 juta sampai dengan Rp30 juta.
Sebagai persyaratan agar hewan-hewan yang dijual adalah hewan-hewan yang sehat Fitriani pun mengungkapkan, daerah ini memiliki empat pusat kesehatan hewan (puskeswan) yang sudah dibagi wilayah kerjanya. Sehingga dapat dipastikan, untuk menjual hewan kurban keluar daerah, mereka perlu surat kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh dokter hewan, sesuai wilayah kerja masing-masing.
“Itu cara kami memastikan hewan sehat atau tidak, yah dengan surat kesehatan hewan. Tetapi, sayangnya masih ada pedagang yang ‘nakal’, yang suka menjual hewan tanpa surat kesehatan. Ini diluar kemampuan kami,” kata Fitriani.
Apalagi, pos check point di perbatasan daerah ini tidak maksimal mengawasi lalu lintas hewan yang masuk dan keluar daerah ini. Seharusnya, menurut Fitriani lagi, seluruh hewan ternak menjalani pemeriksaan kesehatan, tetapi kadang-kadang pedagang lokal tidak menjalani pemeriksaan itu, karena mereka berpikir hewan tidak dijual keluar.(Rafa)