MAKNA – D.A
Aku tak paham bagaimana kamu memaknai rinduDi kala kamu memilih lelap jadi kerja yang diberangus nafsuLalu bangun, buru buru Ada lantunan ayat suci dari masjid
Aku tak paham bagaimana kamu memaknai rinduDi kala kamu memilih lelap jadi kerja yang diberangus nafsuLalu bangun, buru buru Ada lantunan ayat suci dari masjid
Kau mendongakkan kepala dengan pongah karena kau dipuja melalui tahtaKau mendongakkan kepala dengan pongah karena kau dipuji melalui hartaIngat kawan itu semua adalah fatamorganaTinggi hatimu
Berjalan perlahan dalam keheninganDiatas pasir putih bertumpuk biji kerangUjung ombak seakan menarik buihMengguncang ranting ..dan menyapu pantai dengan belaianKu ikuti setiap gerak tarian airGemulai indah
Jika kurenungkan angka 57relatif kecil jika dibandingkan seribuSayangnya tak ada kehidupan sepanjang itu100 mungkin luar biasa Sudah lebih setengahnya kulaluitertatih aku habiskan umurkuBanyak waktu habis
Mataku menatap lepas ke ujung laut …Tersenyum berteman berkhayal …Kunikmati segelas kopi yang tersuguh …Pahit manis sudah kurasa …Sama persisSeperti langkahku dalam perjalananBerliku … penuh
Bila kita membaca kata khatamHati langsung bertanyaApa iya saya bisa khatamApa iya saya dapat laksanakan khatam Otak pun langsung mengatakanKamu pasti bisa khatamKamu pasti dapat
Syaraf panggul menggeliatDisapa air panas beramuanMelipir di balik otot yang kuatMencari tempat yang tepat Maha sempurna kita dijadikanSegala guna dan manfaatSehelai rambut yang terbentagKekuatan yang
Kulihat kau di peron kereta apiMata yang selalu ku rinduTiba tiba ada di hadapankuTersenyum menggetarkan hati Tidak banyak kata terucapYang kedengar hanya sapaApa kabar nyakau
Berjalan bak nyiur melambaiseolah kau katakan betapa anggunnyakau dengan jilbabmu Berdiri bak tiang benderaseolah kau katakan betapa kokohnyapendirianmu terhadap jilbab Berbaring bak putri saljuseolah kau